Gempa magnitudo 7,2 mengguncang semenanjung Alaska. Gempa ini sempat memicu peringatan tsunami, tetapi sudah dicabut.
Dirangkum detikcom, berikut ini sejumlah fakta terkait gempa Alaska. Seperti dilansir AFP, Minggu (16/7/2023), gempa terjadi Sabtu malam waktu setempat. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyampaikan gempa kuat itu sempat memicu peringatan tsunami.
Sempat Picu Peringatan Tsunami
Gempa dangkal ini terjadi pukul 22.48 (0648 GMT), sekitar 55 mil (89 kilometer) barat daya kota kecil Sand Point. Pusat Peringatan Tsunami Nasional di Palmer, Alaska, mengurangi sebaran peringatan tsunami untuk Alaska selatan dan semenanjung Alaska.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk pantai Pasifik AS dan Kanada lainnya di Amerika Utara, tidak ada ancaman tsunami," katanya.
Alaska adalah bagian dari Cincin Api Pasifik yang aktif secara seismik. Negara terpencil itu dilanda gempa berkekuatan 9,2 pada Maret 1964, guncangan terkuat yang pernah tercatat di Amerika Utara.
Gempa itu menghancurkan Anchorage dan terjadi tsunami yang menghantam Teluk Alaska, pantai barat AS, dan Hawaii. Lebih dari 250 orang tewas akibat gempa dan tsunami tersebut.
Tak Berdampak ke Indonesia
BMKG menganalisis gempa M 7,2 di semenanjung Alaska yang dilaporkan memicu tsunami. BMKG menegaskan gempa kuat itu tidak berpotensi tsunami di Indonesia.
"Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) memberikan peringatan potensi tsunami hanya untuk Wilayah Alaska. Berdasarkan hasil pemodelan tsunami, gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia, sehingga BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Minggu (16/7/2023).
Daryono mengatakan hasil analisis BMKG menunjukkan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 54,73Β° Lintang Utara dan 161,15Β° Bujur Barat. Kedalaman gempa 40 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Lempeng Alaska. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," kata Daryono.
Berdasarkan monitoring BMKG, gempa tersebut menyebabkan 4 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 5,7. Daryono mengimbau warga tidak terpengaruh isu yang tak dipertanggungjawabkan.
Baca halaman selanjutnya.