Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya ingin tentara Rusia untuk 'saling membunuh' selama pemberontakan tentara bayaran Wagner terjadi akhir pekan lalu. Putin mengakui dirinya mengabulkan pengampunan untuk tentara bayaran Wagner demi menghindari pertumpahan darah.
Seperti dilansir AFP, Selasa (27/6/2023), tuduhan itu dilontarkan Putin dalam pidato pertamanya sejak pemberontakan tentara bayaran Wagner dibatalkan pada Sabtu (24/6) waktu setempat. Putin menuturkan dirinya memberikan perintah-perintah untuk menghindari pertumpahan darah.
Putin juga menyatakan bahwa dirinya memberikan pengampunan kepada para tentara bayaran itu, yang pemberontakannya menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahannya selama dua dekade terakhir.
"Sejak awal peristiwa, atas perintah saya, langkah-langkah diambil untuk menghindari pertumpahan darah besar-besaran," ucap Putin dalam pidato yang disiarkan televisi lokal Rusia, pada Senin (26/6) waktu setempat.
Dia berterima kasih kepada warga Rusia atas 'patriotisme' mereka saat kekacauan terjadi akhir pekan lalu.
"Justru pembunuhan antar saudara yang diinginkan oleh musuh-musuh Rusia: Baik neo-Nazi di Kyiv dan pelindung Baratnya dan segala macam pengkhianat nasional. Mereka ingin tentara Rusia untuk saling membunuh," tuduh Putin, merujuk kepada Ukraina dan negara-negara Barat yang menjadi sekutunya.
Putin juga berterima kasih kepada jajaran pejabat keamanan atas tindakan mereka selama pemberontakan bersenjata terjadi. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan yang dihadiri Menteri Pertahanan (Menhan) Sergei Shoigu, yang menjadi target utama pemberontakan tentara bayaran Wagner.
"Solidaritas sipil menunjukkan bahwa setiap pemerasan, setiap upaya untuk memicu kekacauan internal, pasti akan gagal," ucap Putin.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)