Setelah sekian lama berselisih dengan para pemimpin militer Rusia dalam perang di Ukraina, kepala Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin membawa perseteruannya ke tingkat baru. Dia menuduh pasukan Rusia mendalangi serangan-serangan rudal yang menewaskan ribuan anak buahnya dan bersumpah akan membalas dendam.
Ancaman tersebut, yang dibuat Prigozhin melalui saluran Telegram resminya, memicu apa yang tampaknya menjadi krisis di Rusia dengan pemberontakan bersenjata yang dilakukannya di dalam wilayah Rusia. Tapi, apa itu Grup Wagner yang juga dikenal sebagai PMC Wagner?
Dilansir CNBC.com, Sabtu (24/6/2023), disebut oleh Rusia sebagai "perusahaan militer swasta", Wagner disebut sebagai pasukan proksi oleh pejabat-pejabat Amerika Serikat dan lainnya. Pihak lainnya menyebut Wagner sebagai kelompok tentara bayaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Didirikan pada tahun 2014 oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pria berusia 61 tahun yang sebelumnya dikenal sebagai "koki Putin" karena melayani acara-acara kenegaraan dengan bisnis kateringnya.
Pada bulan Desember tahun lalu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby mengatakan bahwa AS meyakini Wagner memiliki sekitar 50.000 personel di Ukraina, yang terdiri dari sekitar 10.000 kontraktor dan 40.000 narapidana dari penjara-penjara Rusia.
Pemerintah Rusia telah membantah keterlibatan Wagner dalam operasi militer resminya. Namun, lembaga think tank Washington, Center for Strategic and International Studies mengatakan kelompok itu seringkali terhubung langsung dengan negara Rusia. Wagner memainkan peran dalam operasi Rusia di Ukraina pada 2014 dan 2015, katanya.
"Alih-alih menggunakan narasi Rusia, yang menganggap Wagner sebagai perusahaan militer swasta, Wagner harus dilihat sebagai organisasi proksi klasik," kata Center for Strategic and International Studies.
Pasukan Wagner juga terlibat di belahan dunia lain, termasuk Afrika.
Simak Video: Momen Mencekam Serangan Drone Rusia Hujani Kota-kota di Ukraina
Wagner telah beroperasi dalam konflik sipil di Libya, dan Rusia mengirimkan peralatan militer termasuk pesawat tempur dan kendaraan lapis baja, sehingga Rusia bisa mendapatkan pijakan di negara itu, kata Departemen Pertahanan AS pada tahun 2020.
Pasukan Wagner juga dikirim ke Republik Afrika Tengah dalam perang saudaranya, di mana kelompok tersebut dituduh mengeksekusi warga sipil, menyerang penjaga perdamaian PBB, dan menargetkan komunitas yang mayoritas Muslim.
Para diplomat senior Barat mengatakan bahwa Wagner menguasai tambang emas di sana. Kelompok HAM, Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah laporan bahwa orang-orang yang diduga sebagai anggota Wagner telah melakukan kekejaman, termasuk mengeksekusi orang-orang tak bersenjata.
Otoritas AS pada bulan Januari lalu menetapkan Wagner sebagai organisasi kriminal transnasional.
Perang di Ukraina telah membantu kelompok Wagner meningkatkan pengaruhnya, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby.
"Pengaruhnya meluas. Kemandirian Wagner dari Kementerian Pertahanan Rusia telah meningkat, dan meningkat selama 10 bulan perang ini," kata Kirby dalam briefing di Gedung Putih pada bulan Desember lalu.
Kirby mengatakan, militer Rusia mengandalkan para pejuang Wagner di Ukraina, dan dalam beberapa kasus, pejabat-pejabat militer Rusia bahkan berada di bawah komando Wagner.
Sebelumnya, bos Wagner, Prigozhin telah mengecam pemerintah Rusia dan mengancam akan menarik pasukannya dari pusat medan tempur di Bakhmut, Ukraina, jika Rusia enggan memberi pasokan senjata tambahan ke garis depan perang.
Prigozhin mengatakan pasukannya di Bakhmut saat itu menghadapi kekurangan pasokan senjata kala peperangan masih berlangsung sengit. Menurutnya, kondisi ini menempatkan pasukannya dalam "risiko kematian yang sia-sia."