Menteri Kesehatan (Menkes) Peru Rosa Gutierrez mengundurkan diri dari jabatannya usai dikritik atas caranya menangani krisis demam berdarah yang merajalela di negara tersebut. Sekitar 147.000 orang terjangkit demam berdarah dan sedikitnya 248 orang tewas.
Seperti dilansir AFP, Jumat (16/6/2023), Presiden Peru Dina Boluarte telah menerima pengunduran diri Gutierrez dan berjanji untuk 'melipatgandakan semua upaya untuk memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas' kepada semua warga negara.
Gutierrez mengumumkan pengunduran dirinya dalam rapat Kongres Peru, di mana dia ditanyai soal caranya menangani wabah demam berdarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pihak menyerukan pengunduran diri Gutierrez setelah dia mengaitkan peningkatan kasus demam berdarah di Peru dengan suhu udara yang tinggi dan hujan yang terus mengguyur pada kuartal pertama tahun ini.
Peru, menurut Organisasi Kesehatan Pan-Amerika, memiliki tingkat kematian akibat demam berdarah tertinggi kedua di Amerika Latin setelah Brasil.
Tahun ini, kasus-kasus demam berdarah membanjiri rumah sakit di bagian utara negara tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Demam berdarah merupakan penyakit endemi di daerah tropis yang menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, dan dalam kasus paling serius, memicu pendarahan yang berujung kematian.
Penyakit demam berdarah pertama kali terdeteksi di Peru tahun 1984 silam, dan sejak saat itu menjadi endemi.
Pada April lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa demam berdarah dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk telah menyebar lebih jauh dan lebih lanjut di bawah pengaruh perubahan iklim yang menyelimuti Bumi.