Jeritan Warga Korut Menunggu Mati karena Kelaparan

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 16 Jun 2023 05:46 WIB
Ilustrasi kelaparan (Getty Images/ferrantraite).
Jakarta -

Korea Utara (Korut) dilaporkan mengalami krisis pangan dan kelaparan parah. Saking parahnya kelaparan di sana, warga Korut menjerit menunggu mati.

Dilansir BBC, Kamis (16/6/2023), BBC telah berkomunikasi dengan tiga warga Korut selama berbulan-bulan. Komunikasi itu dilakukan secara rahasia. BBC mengubah nama ketiga narasumber untuk melindungi mereka.

Tiga warga Korut itu membeberkan apa yang terjadi di Korut sejak pemerintah menutup perbatasan kota tiga tahun lalu sebagai penanganan pandemi COVID-19. Kelaparan, penggerebekan brutal, dan tidak ada kesempatan untuk melarikan diri.

Beriktut pengakuan dari tiga warga Korut soal krisis makanan yang membuat kelaparan warga:


Myong Suk

Myong Suk seorang pengusaha perempuan yang menual obat selundupan dalam jumlah kecil secara rahasia kepada orang-orang yang membutuhkan. Dia pernah ditangkap sekali dan hampir tidak mampu membayar suap agar bisa keluar dari penjara. Jika ditangkap lagi, dia tidak mampu luput dari bui.

Sewaktu-waktu bisa saja ada ketukan di pintu. Bukan hanya polisi yang takuti, melainkan tetangganya. Saat ini hampir tak ada orang yang bisa dia percayai.

Myong Suk mengaku dulu tidak seperti ini. Bisnis obat Myong Suk dulu berkembang pesat.

Kondisi berubah pada 27 Januari 2020, saat perbatasan ditutup guna merespons pandemi. Penutupan itu tidak hanya menghentikan orang masuk ke Korut, tetapi juga makanan dan barang. Warga Korut yang memang sudah dilarang pergi ke luar negeri, dikurung di kota-kota.

Di bawah tirani Kim Jong Un, warga Korea Utara dilarang kontak dengan dunia luar. Dengan bantuan organisasi Daily NK, yang mengoperasikan jaringan sumber di dalam Korut, BBC dapat berkomunikasi dengan tiga orang biasa.

"Situasi makanan kami tidak pernah seburuk ini," kata Myong Suk.

Seperti kebanyakan perempuan di Korea Utara, dia adalah pencari nafkah utama dalam keluarga. Gaji kecil yang diperoleh kaum suami dalam pekerjaan wajib negara hampir tiada artinya. Hal ini memaksa para istri untuk menemukan cara kreatif untuk mencari nafkah.

Sebelum penutupan, Myong Suk mendapatkan obat-obatan selundupan dari China. Obat-obat itu merupakan obat yang sangat dibutuhkan, termasuk antibiotik, untuk dijual di pasar lokal. Dia perlu menyuap penjaga perbatasan, yang menghabiskan lebih dari setengah keuntungannya. Namun, dia menerima hal ini sebagai bagian dari permainan.

Penjualan obat-obatan selundupan tersebut membuat dia bisa menjalani kehidupan yang nyaman di kotanya di bagian utara Korut dekat perbatasan China.

Sekarang dia menyiapkan sarapan jagung untuk mereka untuk suami dan anaknya. Hari-hari ketika mereka bisa makan nasi putih sudah berlalu. Tetangganya yang lapar sudah mulai mengetuk pintu meminta makanan, tetapi dia harus menolak mereka.

"Kita hidup di garis depan kehidupan," katanya.

Lihat Video 'Kantornya Hancur, Korsel Gugat Korut Rp 520 M':

Selanjutnya: Pengakuan Chan Ho




(aik/aik)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork