Amerika Serikat (AS) akan bisa mengembangkan dan beroperasi dari pangkalan-pangkalan militer di wilayah Papua Nugini. Hal itu diatur dalam pakta keamanan penting yang ditandatangani kedua negara bulan lalu, sebagai bagian dari upaya Washington untuk menangkal pengaruh China di kawasan Pasifik.
Seperti dilansir AFP, Kamis (15/6/2023), teks lengkap dari kesepakatan pertahanan itu diajukan kepada parlemen Papua Nugini pada Rabu (14/6) malam dan salinannya diperoleh oleh AFP, yang menyoroti detail yang dijaga ketat sejak pakta itu ditandatangani AS dan Papua Nugini pada Mei lalu.
Dengan persetujuan Papua Nugini, AS akan bisa menempatkan pasukan dan kapal-kapal militernya di enam pelabuhan dan bandara utama, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan fasilitas-fasilitas di ibu kota Port Moresby.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut teks lengkap pakta pertahanan itu, AS akan memiliki 'akses tanpa hambatan' ke lokasi-lokasi untuk 'memposisikan peralatan, pasokan dan material terlebih dahulu' dan mendapatkan 'penggunaan eksklusif' untuk beberapa zona pangkalan, tempat pengembangan dan 'aktivitas konstruksi' bisa dilakukan.
Kesepakatan pertahanan itu membuka pintu bagi Washington untuk membangun jejak militer baru di Pasifik Barat, saat meningkatnya persaingan dengan Beijing.
Akses terhadap Lombrum akan bisa dimanfaatkan untuk memperkuat fasilitas-fasilitas AS di Guam ke bagian utara, yang bisa menjadi kunci jika terjadi konflik terkait Taiwan.
Perdana Menteri (PM) James Marape dipaksa mempertahankan kesepakatan itu dari gelombang protes dan kritikan, dengan sejumlah lawan politik mempertanyakan apakah Papua Nugini menyerahkan kedaulatannya.
"Kita telah membiarkan militer kita terkikis dalam 48 tahun terakhir. Kedaulatan ditentukan oleh ketangguhan dan kekuatan militer Anda," ucapnya kepada parlemen pada Rabu (14/6) malam.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kaya akan sumber daya alam dan terletak dekat rute pelayaran utama, Papua Nugini semakin berada di pusat tarik-menarik diplomatik antara AS dan China. Washington berupaya membujuk negara-negara Pasifik dengan serangkaian intensif diplomatik dan keuangan sebagai imbalan atas dukungan strategis.
Langkah serupa dilakukan oleh Beijing, dengan perusahaan-perusahaan China telah menguasai tambang dan pelabuhan di Pasifik. Tahun lalu, Beijing menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon yang memungkinkan China mengerahkan pasukan ke negara tersebut.
Di sisi lain, AS khawatir jika pijakan militer China di kawasan Pasifik Selatan bisa mengancam fasilitasnya di Guam, dan menjadikan pertahanan Taiwan lebih rumit jika terjadi invasi militer oleh Beijing.
Lihat juga Video '100 Prajurit Papua Nugini Diterbangkan ke Australia':