Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dipanggil untuk hadir ke pengadilan federal di Miami, pekan depan, setelah terungkap dia didakwa menyimpan dokumen rahasia pemerintah dan menghalangi proses peradilan. Apakah dakwaan ini akan membuat Trump mendekam di penjara?
Seperti dilansir The Independent, Jumat (9/6/2023), dewan juri federal AS mendakwa mantan presiden itu pada Kamis (8/6) waktu setempat atas tuduhan-tuduhan yang berasal dari dugaan penyimpanan dokumen-dokumen berisi informasi pertahanan nasional yang melanggar hukum.
Dakwaan ini semakin menambah tekanan hukum yang dihadapi Trump yang berupaya mencalonkan diri sebagai capres Partai Republik dalam pilpres tahun depan. Pada April lalu, Trump didakwa memalsukan catatan bisnis terkait kasus uang tutup mulut kepada seorang bintang porno sebelum pilpres tahun 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dakwaan terbaru yang menjerat dirinya, Trump pertama mengungkapkannya via serentetan postingan pada media sosial Truth Social miliknya. Dia menegaskan dirinya tidak bersalah dan akan membuktikan hal itu dalam persidangan.
"Pemerintahan (Presiden AS Joe) Biden yang korup telah memberitahu pengacara saya bahwa saya telah didakwa, tampaknya karena Boxes Hoax," tulis Trump dalam pernyataannya, menggunakan istilah yang kerap dipakainya untuk menyebut penyelidikan yang berlangsung lama.
Dalam postingan berikutnya, Trump mengungkapkan bahwa dirinya dipanggil untuk hadir di gedung pengadilan federal di Miami, Florida, pada Selasa (13/6) pekan depan, sekitar pukul 15.00 waktu setempat.
Pada saat itu, menurut The Independent, Trump diperkirakan akan ditangkap dan di-booked atau diproses secara hukum, sebelum dia menghadap hakim yang menangani kasusnya. Itu berarti Trump kemungkinan akan ditangkap untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Lalu apakah Trump akan dijebloskan ke dalam bui? Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Namun demikian, sebut The Independent, kecil kemungkinan Trump akan dipenjara setelah didakwa pidana.
Proses hukum yang berlangsung diperkirakan akan mirip dengan apa yang terjadi pada awal April lalu, ketika Trump hadir di pengadilan Manhattan, New York, untuk menghadapi dakwaan pidana terkait penyelidikan jaksa distrik Manhattan Alvin Bragg terhadap pembayaran uang tutup mulut sebelum pilpres tahun 2016.
Dakwaan terbaru untuk Trump masih dirahasiakan dari publik, dan bahkan Trump sendiri belum melihat dokumen dakwaan untuk dirinya itu.
Namun laporan The Independent menyebut bahwa dakwaan-dakwaan terbaru itu mencakup tujuh dakwaan terpisah, termasuk satu dakwaan konspirasi untuk menghalangi proses peradilan, satu dakwaan memberikan keterangan palsu dan setidaknya satu dakwaan menyimpan informasi pertahanan nasional secara tidak sah.
Belum diketahui ancaman hukuman terkait dakwaan-dakwaan itu.
Penyelidikan kasus ini dimulai awal tahun lalu, setelah Otoritas Arsip dan Dokumen Nasional (NARA) menemukan lebih dari 100 dokumen dengan label rahasia saat menginventarisasi 15 kotak yang disita dari resort mewah Trump, Mar-a-Lago, di Florida. Total sekitar 13.000 dokumen disita agen federal AS dari resort mewah itu.
Selama penyelidikan berlangsung, jaksa dan penyelidik mengkhawatirkan Trump tidak jujur soal apakah dirinya telah mengembalikan semua dokumen rahasia yang dibawanya kepada pemerintah, sebagaimana diatur dalam Undang-undang (UU) Dokumen Kepresidenan.
UU yang diloloskan era pasca-Watergate itu menyatakan semua dokumen administrasi kepresidenan merupakan milik pemerintah dan harus diserahkan kepada NARA ketika seorang Presiden AS mengakhiri jabatannya.