Nyaris 80 murid perempuan sekolah dasar (SD) di wilayah Afghanistan bagian utara mengalami keracunan massal hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit setempat. Insiden keracunan massal ini disebut otoritas Kabul, yang kini dikuasai Taliban, sebagai 'serangan'.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (5/6/2023), insiden keracunan massal semacam ini menjadi yang pertama terjadi sejak Taliban mengambil alih kembali kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021 lalu, dan mulai menindak secara keras hak dan kebebasan yang dimiliki oleh anak perempuan dan wanita Afghanistan.
Anak perempuan dilarang menempuh pendidikan di atas kelas enam, termasuk hingga perguruan tinggi. Wanita-wanita di Afghanistan dilarang dari sebagian besar pekerjaan dan dilarang berada di tempat-tempat umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas Afghanistan menyebut puluhan siswi SD itu mengalami keracunan dalam dua serangan terpisah di Provinsi Sar-e-Pul pada Sabtu (3/5) dan Minggu (4/6) waktu setempat.
Pejabat otoritas pendidikan Afghanistan menyebut orang yang mendalangi keracunan massal itu memiliki dendam pribadi, namun tidak dijelaskan lebih lanjut maksud pernyataan tersebut.
Kepala departemen pendidikan di provinsi tersebut, Mohammad Rahmani, menuturkan bahwa nyaris 80 siswi SD mengalami keracunan di distrik Sangcharak. Lebih lanjut, Rahmani menyebut 60 siswi mengalami keracunan di Sekolah Naswan-e-Kabod Aab dan 17 siswi lainnya keracunan di Sekolah Naswan-e-Faizabad.
"Kedua Sekolah Dasar itu berdekatan satu sama lain dan menjadi sasaran satu per satu," tutur Rahmani kepada Associated Press.
"Kami memindahkan para siswi ke rumah sakit dan sekarang mereka semua baik-baik saja," imbuhnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Lihat juga Video: Pertemuan Jokowi-Presiden Iran: Dukung Palestina-Atasi Krisis Afghanistan
Rahmani menambahkan bahwa penyelidikan yang dilakukan oleh departemen pendidikan setempat terus berlangsung. Penyelidikan awal, menurut Rahmani, menunjukkan bahwa seseorang dengan dendam membayar pihak ketiga untuk melancarkan serangan ini.
Namun Rahmani tidak menjelaskan lebih lanjut soal bagaimana anak-anak perempuan itu diracun juga bagaimana kondisi mereka saat mengalami keracunan. Usia para siswi yang menjadi korban juga tidak disebutkan lebih lanjut, hanya disebut bahwa para korban duduk di bangku kelas satu hingga kelas enam SD.
Insiden keracunan massal semacam itu pernah mengguncang Iran, yang bertetangga dengan Afghanistan, pada November tahun lalu. Insiden yang terjadi di Iran juga banyak menimpa para siswa perempuan, dengan ribuan siswi jatuh sakit setelah menghirup asap berbahaya di sekolah mereka.
Tidak ada kejelasan soal siapa yang mungkin berada di balik keracunan massal itu, maupun bahan kimia apa yang digunakan dalam serangan itu.