Pilpres Turki putaran kedua akan digelar pada Minggu (28/5) besok. Putaran kedua ini akan menentukan apakah kandidat pertahana Presiden Recep Tayyip Erdogan bisa melanjutkan kekuasaannya hingga tiga dekade, atau Turki akan memiliki presiden baru jika capres oposisi Kemal Kilicdaroglu mampu menang.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/5/2023), pilpres putaran kedua harus digelar setelah pilpres putaran pertama pada 14 Mei lalu gagal menentukan capres yang menjadi pemenang karena tidak ada kandidat yang meraup perolehan suara di atas 50 persen.
Erdogan unggul tipis dengan selisih lima poin atas Kilicdaroglu dalam pertarungan pilpres yang ketat dua pekan lalu. Hasil pilpres putaran utama menunjukkan 49,5 persen suara diraup Erdogan dan 44,9 persen suara diraup Kilicdaroglu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam putaran kedua ini, para pemilih sah akan menentukan apakah Erdogan atau Kilicdaroglu yang akan memimpin Turki untuk lima tahun ke depan.
Berikut lima hal yang perlu diketahui soal pilpres Turki putaran kedua:
PILPRES PUTARAN KEDUA
Warga Turki akan memilih presiden untuk masa jabatan lima tahun.
Pada putaran pertama 14 Mei lalu, Erdogan meraup dukungan 49,5 persen suara, gagal mencapai batas mayoritas 50 persen yang dibutuhkan untuk menghindari putaran kedua. Sementara Kilicdaroglu yang diusung enam partai oposisi meraup dukungan 44,9 persen suara.
Capres nasionalis Sinan Ogan berada di urutan ketiga dengan 5,2 persen suara dukungan dan tereliminasi untuk mengikuti putaran kedua. Hasil pilpres putaran pertama itu mengacaukan harapan para lembaga survei yang menempatkan Kilicdaroglu di posisi teratas.
Referendum tahun 2017 lalu menyetujui langkah Erdogan untuk memperluas kekuasaan kepresidenan, menjadikan presiden sebagai kepala pemerintahan dan menghapuskan jabatan perdana menteri.
Sebagai seorang presiden, Erdogan menetapkan kebijakan ekonomi, keamanan, urusan domestik maupun internasional.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Momen Erdogan Gunakan Hak Suara di Pilpres Turki 2023':
KANDIDAT CAPRES
- Recep Tayyip Erdogan
Lebih dari 20 tahun setelah Erdogan bersama Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP) berkuasa, dia berharap memperpanjang masa jabatannya sebagai penguasa terlama pada era Turki modern.
Penampilannya yang kuat pada putaran pertama 14 Mei, ketika dia berhasil memobilisasi para pemilih konservatif, memupuskan prediksi kematian politiknya.
Kemenangan Erdogan akan mengukuhkan kekuasaan seorang pemimpin yang mengubah Turki, membentuk kembali negara sekuler yang didirikan 100 tahun lalu agar sesuai dengan visinya yang saleh, sembari mengkonsolidasikan kekuasaan di tangannya dalam apa yang dipandang para pengkritik sebagai parade menuju otokrasi.
Pekan ini, Erdogan menerima dukungan dari Sinan Ogan yang beraliran nasionalis garis keras, yang semakin meningkatkan peluangnya menang dan mempersulit tantangan bagi Kilicdaroglu dalam putaran kedua.
- Kemal Kilicdaroglu
Kilicdaroglu merupakan capres oposisi utama dan Ketua Partai Rakyat Republik (CHP), yang didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk -- pendiri Turki modern.
Dia menawarkan platform inklusif kepada para pemilih dan menjanjikan pengaturan ulang yang demokratis, termasuk kembali ke sistem pemerintahan parlementer dan independensi untuk peradilan, yang menurut para kritikus, digunakan pemerintahan Erdogan untuk membungkam perbedaan pendapat.
Namun, retorikanya sejak 14 Mei berubah menjadi radikal saat dia menjangkau pemilih nasionalis dalam upaya mengalahkan Erdogan, dengan bersumpah memulangkan jutaan pengungsi dari Turki.
Partai-partai pro-Kurdi menegaskan kembali dukungan untuk Kilicdaroglu dalam putaran kedua, namun tanpa menyebut namanya. Dukungan itu diumumkan sehari setelah partai pro-Kurdi marah atas kesepakatan yang dicapai Kilicdaroglu dengan Partai Kemenangan (ZP) yang beraliran sayap kanan dan anti-imigran.
Ketua Partai ZP, Umit Ozdag, menyatakan dukungan untuk Kilicdaroglu pada Rabu (24/5) sebagai dorongan potensial untuk Ketua CHP itu, yang melawan dampak dukungan Ogan untuk Erdogan. Partai ZP meraup 2,2 persen suara dukungan dalam pemilu parlemen.
APA YANG DIPERTARUHKAN?
Pilpres putaran kedua tidak hanya akan memutuskan siapa yang memimpin Turki, negara anggota NATO berpenduduk 85 juta jiwa, tetapi juga menentukan bagaimana negara itu dikelola, ke mana arah ekonominya di tengah krisis biaya hidup yang parah, dan bagaimana bentuk kebijakan luar negerinya.
Para pengkritik Erdogan menyebut pemerintahannya telah memberangus perbedaan pendapat, mengikis hak asasi dan membawa sistem peradilan di bawah pengaruhnya. Tuduhan-tuduhan itu dibantah para pejabat pemerintahan Erdogan.
Perekonomian Turki juga menjadi fokus. Para ekonom mengatakan bahwa kebijakan Erdogan yang ortodoks soal suku bunga rendah meskipun harga melonjak, yang telah mendorong inflasi hingga 85 persen tahun lalu dan mata uang Lira merosot ke sepersepuluh nilainya terhadap dolar selama satu dekade terakhir.
Kilicdaroglu berjanji untuk kembali pada kebijakan ekonomi yang lebih ortodoks dan memulihkan kemandirian Bank Sentral Turki.
Untuk urusan luar negeri, di bawah Erdogan, Turki memamerkan kekuatan militernya di Timur Tengah dan sekitarnya, menjalin hubungan lebih dekat dengan Rusia dan melihat hubungan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat menjadi semakin tegang.
Turki dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga menengahi perundingan antara Moskow dan Kiev untuk ekspor gandum Ukraina. Pekan lalu, Erdogan bahkan mengumumkan perpanjangan terbaru selama dua bulan untuk kesepakatan ekspor tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
PEMUNGUTAN SUARA
Lebih dari 64 juta warga Turki berhak menggunakan hak suaranya di hampir 192.000 tempat pemungutan suara (TPS). Angka itu mencakup lebih dari 6 juta pemilih yang baru pertama kali ikut pilpres pada 14 Mei lalu. Sekitar 3,4 juta pemilih lainnya di luar negeri telah memberikan suaranya pada 20-24 Mei lalu.
TPS akan dibuka mulai pukul 08.00 waktu setempat dan ditutup pukul 17.00 waktu setempat pada 28 Mei. Penjualan alkohol dilarang saat pilpres berlangsung.
Jumlah pemilih dalam pemilu Turki tahun ini tergolong tinggi. Dengan pada 14 Mei lalu, jumlah pemilih secara keseluruhan mencapai 87,04 persen dari jumlah pemilih sah, dengan rincian 88,9 persen pemilih di wilayah Turki dan 49,4 persen pemilih di luar negeri.
HASIL PILPRES PUTARAN KEDUA
Di bawah aturan pemilu yang berlaku, pemberitaan juga prediksi maupun komentar soal pemungutan suara dilarang hingga pukul 18.00 waktu setempat. Media-media di Turki baru dibebaskan melaporkan hasil pemilu mulai pukul 21.00 waktu setempat pada hari pemungutan suara.
Namun, Dewan Pemilu Tinggi bisa mengizinkan media untuk melaporkan hasilnya lebih awal dan biasanya terjadi demikian. Hasil pilpres pada Minggu (28/5) malam kemungkinan akan muncul lebih awal dibandingkan 14 Mei lalu, mengingat surat suara pada putaran kedua relatif sederhana.