Suasana politik Turki mulai memanas menjelang Pemilu. Isu campur tangan Rusia menjadi salah satu tudingan yang muncul jelang hari pemilihan.
Dilansir Reuters, Sabtu (13/5/2023), Pemilu Turki bakal digelar pada Minggu (14/5). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali maju untuk melanjutkan kekuasaannya yang sudah berlangsung selama 20 tahun.
Pilpres kali ini disebut-sebut menjadi pertarungan terberat Erdogan. Dia bakal melawan kandidat oposisi, Kemal Kilicdaroglu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidakpastian, kecemasan, antisipasi dan ketegangan atas apa yang mungkin terjadi di Turki sangat terasa di jalanan negara tersebut. Banyak warga, termasuk generasi pemilih baru, mendambakan perubahan.
Mereka terpukul oleh inflasi yang melumpuhkan, mata uang Lira yang runtuh dan penurunan tajam standar hidup. Gempa dahsyat yang mengguncang pada Februari lalu hingga menewaskan lebih dari 50.000 orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal semakin memperburuk kehidupan warga Turki.
Pilpres Turki akan digelar bersamaan dengan Pemilu parlemen. Dari total 85 juta jiwa penduduk Turki, sebanyak 61 juta orang di antaranya tercatat sebagai pemilih yang sah.
Jajak pendapat sementara menunjukkan persaingan ketat antara Erdogan dan Kilicdaroglu. Hasil jajak pendapat terbaru bahkan menunjukkan Kilicdaroglu unggul atas Erdogan.
Namun, capres petahana itu masih bisa menang mengingat dengan basis dukungannya yang kuat. Mereka yang mengikuti kebangkitan Erdogan selama tiga dekade terakhir berpendapat dia akan berjuang dengan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya.
"Dia akan menggugat hasilnya jika itu tidak menguntungkan dirinya dan jika selisihnya tipis, tetapi dia tidak bisa berbuat banyak jika oposisi menang telak. Dia berada di titik terlemah dalam karier politiknya," ujar seorang kolumnis Turki, Kadri Gursel, dalam analisisnya soal Erdogan.
Dalam sistem Pemilu Turki, seorang calon bisa terpilih dengan mendapatkan lebih dari 50 persen suara sah. Jika tidak ada capres yang meraup perolehan suara di atas 50 persen, maka Pemilu berlanjut ke putaran kedua.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya
Tudingan Campur Tangan Rusia
Suasana politik makin memanas saat capres oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu, memperingatkan Rusia untuk tidak mencampuri Pemilu Turki. Dia menuding ada upaya campur tangan Rusia mendukung Erdogan yang diketahui dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dilansir Reuters dan Associated Press, Kilicdaroglu yang menjadi penantang utama Erdogan menegaskan partainya memiliki bukti konkret yang menunjukkan Moskow bertanggung jawab atas konten 'deepfake' yang beredar secara online menjelang Pemilu besok.
"Teman-teman Rusia kami yang terkasih. Anda berada di balik montase, konspirasi dan konten deepfake yang tersebar di negara ini kemarin," demikian pernyataan Kilicdaroglu via Twitter dalam bahasa Turki dan bahasa Rusia pada Kamis (11/5) waktu setempat.
"Jika Anda menginginkan persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, Anda harus melepaskan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan," imbuh pernyataan itu.
![]() |
Saat ditanya dalam wawancara dengan Reuters soal mengapa dirinya menuduh Rusia bertanggung jawab atas konten online palsu yang beredar jelas pemilu Turki, Kilicdaroglu menjawab: "Jika kami tidak memilikinya (bukti konkret), saya tidak akan men-tweet itu". Namun, Kilicdaroglu tidak menjelaskan lebih lanjut soal konten online yang dimaksud.
Kilicdaroglu menegaskan tidak bisa diterima jika Rusia mencampuri urusan dalam negeri Turki. Namun demikian, dia mengatakan akan berusaha menjaga hubungan baik dengan Moskow jika menang Pilpres Turki.
"Kami merasa itu tidak bisa diterima jika negara lain mencampuri proses pemilu Turki untuk mendukung salah satu partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat seruan secara terbuka melalui tweet," jelasnya.
Salah satu capres Turki bernama Muharrem Ince, yang mengundurkan diri pada Kamis (11/5), juga sempat menyinggung 'pembunuhan karakter' palsu yang beredar secara online. Namun, Ince tidak menjelaskan lanjut pernyataannya itu.
Rusia sebelumnya dituduh melakukan intervensi terhadap pemilu asing, termasuk Amerika Serikat (AS), yang berulang kali dibantah Moskow. Bantahan kembali disampaikan Kremlin terhadap tuduhan terbaru yang dilontarkan Kilicdaroglu. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut orang-orang yang menyampaikan tuduhan semacam itu kepada Kilicdaroglu adalah pembohong dan menegaskan Rusia sangat menghargai hubungannya dengan Turki.