Capres oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu, memperingatkan Rusia untuk tidak mencampuri pemilu negaranya dalam upaya mendukung Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang diketahui menjalin hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin.
Kilicdaroglu yang menjadi penantang utama Erdogan dalam pilpres Turki, menegaskan partainya memiliki bukti konkret yang menunjukkan Moskow bertanggung jawab atas konten 'deepfake' yang beredar secara online menjelang pemungutan suara pada Minggu (14/5) besok.
Demikian seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Sabtu (13/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teman-teman Rusia kami yang terkasih. Anda berada di balik montase, konspirasi dan konten deepfake yang tersebar di negara ini kemarin," demikian pernyataan Kilicdaroglu via Twitter dalam bahasa Turki dan bahasa Rusia, pada Kamis (11/5) waktu setempat.
"Jika Anda menginginkan persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, Anda harus melepaskan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan," imbuh pernyataan itu.
Saat ditanya dalam wawancara dengan Reuters soal mengapa dirinya menuduh Rusia bertanggung jawab atas konten online palsu yang beredar jelas pemilu Turki, Kilicdaroglu menjawab: "Jika kami tidak memilikinya (bukti konkret), saya tidak akan men-tweet itu,"
Kilicdaroglu tidak menjelaskan lebih lanjut soal konten online yang dimaksudnya. Partai yang dipimpinnya, Partai Rakyat Republik (CHP), juga tidak menghubungi Kedutaan Besar Turki di Ankara atas masalah ini.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Kampanye Erdogan Jelang Pemilu Tegaskan Tolak LGBT':
Namun salah satu capres Turki bernama Muharrem Ince, yang mengundurkan diri pada Kamis (11/5) waktu setempat, menyebut 'pembunuhan karakter' palsu yang beredar secara online dalam pernyataannya. Ince tidak menjelaskan lanjut pernyataannya itu.
Dalam wawancara dengan Reuters, Kilicdaroglu menegaskan tidak bisa diterima jika Rusia mencampuri urusan dalam negeri Turki. Namun demikian, Kilicdaroglu juga menambahkan bahwa jika terpilih menjadi Presiden Turki, maka dirinya akan berusaha menjaga hubungan baik dengan Moskow.
"Kami merasa itu tidak bisa diterima jika negara lain mencampuri proses pemilu Turki untuk mendukung salah satu partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat seruan secara terbuka melalui tweet," jelasnya.
Rusia sebelumnya juga dituduh melakukan intervensi terhadap pemilu asing, termasuk Amerika Serikat (AS), yang berulang kali dibantah Moskow.
Bantahan kembali disampaikan Kremlin terhadap tuduhan terbaru yang dilontarkan Kilicdaroglu. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut orang-orang yang menyampaikan tuduhan semacam itu kepada Kilicdaroglu adalah pembohong dan menegaskan Rusia sangat menghargai hubungannya dengan Turki.