Sebuah kapal komersial yang membawa lebih dari 1.800 pengungsi tiba di kota pelabuhan Jeddah, Saudi, Sabtu. Beberapa pengungsi membagikan ceritanya saat proses evakuasi dilakukan.
Dilansir CNN, Minggu (30/4/2023), kapal itu membawa 20 warga Saudi dengan sisanya dari berbagai negara Eropa, Asia dan Afrika yang dievakuasi dari Sudan, kata Kementerian Luar Negeri Saudi.
Dua warga negara AS yang tiba di Jeddah pada Sabtu menceritakan pengalaman mereka kepada CNN.
Namour al-Tayeb menggambarkan perjalanannya dari ibu kota Sudan Khartoum ke Port Sudan sebagai "perjalanan yang sangat sulit" melewati pasukan dari kedua faksi militer yang bertikai.
Sebelum dievakuasi, al-Tayeb berada di Khartoum, di mana dia mengatakan situasinya "mengerikan" dengan "tembakan di mana-mana."
Al-Tayeb mengatakan dia senang dievakuasi dan berterima kasih kepada pemerintah Saudi, tetapi dia "sangat takut" untuk teman dan keluarga yang ditinggalkan yang tidak memiliki visa.
Hadi Haytham, warga negara AS lainnya, mengatakan kepada CNN bahwa dia merasa "beruntung" telah meninggalkan "situasi yang mengerikan" di ibu kota. Dia berdoa untuk mereka yang tertinggal di Sudan.
Mereka yang masih di sana menghadapi kekurangan makanan, air, dan pasokan listrik.
Seorang warga negara Jerman asal Sudan yang tetap tinggal di Sudan, Hatem Awadallah, menggambarkan bagaimana dia menjadi sasaran penjarahan pada Sabtu dini hari oleh anggota RSF.
"Saya terbangun pada pukul 1:30 pagi karena suara senjata Kalashnikov yang diletakkan di kepala saya dan sekelompok pria bersenjata dari Rapid Support Forces. Mereka menuntut agar saya memberi mereka sejumlah uang, atau mereka akan dibunuh," ujarnya.
"Mereka juga membawa ibu saya yang berusia 83 tahun dari kamarnya. Mereka meletakkan senjata di kepalanya dan mengumpulkan semua orang di rumah, dan mereka memberi kami pilihan antara mati atau menyerahkan uang," lanjutnya.
Pasar dan toko di seluruh negeri juga menjadi sasaran penjarahan yang meluas selama beberapa hari terakhir. Pasukan polisi telah dikerahkan untuk pertama kalinya sejak pecahnya kekerasan.
Simak juga 'Saat Cerita Rahmawati, WNI di Sudan yang Berhasil Pulang ke Indonesia':
(eva/eva)