Iran Sangkal Ada Keracunan Massal di Sekolah, Salahkan Musuh Asing

Iran Sangkal Ada Keracunan Massal di Sekolah, Salahkan Musuh Asing

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 29 Apr 2023 17:18 WIB
A young woman lies in hospital after reports of poisoning at an unspecified location in Iran in this still image from video from March 2, 2023. WANA/Reuters TV via REUTERS
Seorang wanita muda terbaring di rumah sakit setelah terjadi kasus keracunan massal di Iran (WANA/Reuters TV via REUTERS)
Teheran -

Kementerian Intelijen Iran mengungkapkan hasil penyelidikannya yang menyatakan tidak menemukan adanya kasus keracunan massal yang sebenarnya. Teheran justru menyalahkan 'musuh-musuh' asing dan para pembangkang yang dituduh menebar ketakutan soal kasus keracunan massal anak-anak sekolah di negara itu.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (29/4/2023), gelombang kasus keracunan massal yang diduga sebagai serangan yang disengaja memicu ribuan korban, yang kebanyakan siswa perempuan di sekolah-sekolah Iran. Kasus itu memicu kemarahan publik secara luas.

"Peran musuh dalam mengobarkan krisis ini sudah pasti dan tidak bisa disangkal. Para individu, kelompok dan media Barat (khususnya berbahasa Persia) ... telah fokus pada hal ini dalam beberapa bulan terakhir, demikian juga para politisi asing dan badan internasional," sebut Kementerian Intelijen Iran dalam laporannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam temuan di lapangan dan penyelidikan laboratorium ... tidak ada zat beracun yang menyebabkan kasus keracunan yang diamati ... dan tidak ada kematian ataupun kondisi fisik jangka panjang," jelas laporan itu.

Disebutkan oleh Kementerian Intelijen Iran bahwa kasus keracunan massal yang menggegerkan publik merupakan kenakalan dan histeria massal di kalangan siswa.

ADVERTISEMENT

Laporan Kementerian Intelijen Iran itu menuduh para pembangkang, yang tidak disebut namanya, telah memprovokasi ketakutan untuk memproduksi video-video propaganda.

Lebih lanjut, Kementerian Intelijen Iran memperingatkan adanya 'penuntutan terhadap individu-individu, kelompok, media yang menuduh pemerintah ... dan bersekutu dengan musuh'.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Otoritas Iran menuduh musuh-musuh negara itu memanfaatkan dugaan serangan keracunan massal untuk melemahkan kepemimpinan ulama. Kecurigaan mengarah pada kelompok-kelompok garis keras yang menyatakan diri sebagai pelindung Islam.

Kasus keracunan massal di sekolah-sekolah Iran, terutama sekolah khusus perempuan, marak sejak November tahun lalu hingga beberapa waktu terakhir. Menurut kantor berita aktivis HRANA, kasus pertama muncul di kota Qom sebelum menyebar hingga ke 28 provinsi, dari total 31 provinsi yang ada di Iran.

Dilaporkan hingga ribuan anak sekolah di Iran mengalami keracunan massal hingga harus dirawat di rumah sakit setempat. Situasi ini mendorong sejumlah orangtua murid mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah-sekolah yang dilanda kasus itu, dan beberapa orangtua lainnya menggelar aksi protes.

Kasus keracunan massal ini terjadi beberapa bulan setelah kematian wanita muda bernama Mahsa Amini (22) yang ditangkap polisi moral Iran karena melanggar aturan berhijab. Kematian Amini memicu unjuk rasa besar-besaran yang meluas ke berbagai wilayah Iran, dengan banyak siswi ikut bergabung.

Bahkan dalam sejumlah unjuk rasa, beberapa siswi Iran nekat mencopot hijab mereka di ruang-ruang kelas. Para aktivis setempat meyakini kasus keracunan massal itu masih berkaitan dengan unjuk rasa besar-besaran yang marak di Iran.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya menyebut keracunan massal itu sebagai 'tindak kriminal yang tidak termaafkan' dan menyatakan pelakunya pantas dihukum mati.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads