Kemarahan mencuat di kalangan warga negara Amerika Serikat (AS) yang dirinya atau keluarganya terjebak di Sudan yang tengah dilanda konflik. Kebanyakan warga AS itu merasa ditinggalkan oleh pemerintah AS dan terpaksa mengatasi sendiri situasi rumit juga berbahaya.
"Saya sangat terkejut dan muak dengan respons Amerika yang tidak bersemangat terhadap kesehatan dan keselamatan warga negara mereka," ucap Muna Daoud, yang orangtuanya berupaya keluar dari Sudan melalui pelabuhan menuju Arab Saudi, seperti dilansir CNN, Kamis (27/4/2023).
Meskipun sejumlah negara mengevakuasi warganya dari Sudan, pemerintah AS menyatakan kondisinya tidak kondusif untuk evakuasi warga sipil di Sudan. Namun diketahui bahwa semua personel pemerintah AS telah dievakuasi dari negara itu dalam operasi militer pada akhir pekan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat Washington menyatakan bahwa pemerintah 'berkomunikasi erat' dengan warga-warga AS yang ada di Sudan dan 'secara aktif memfasilitasi' evakuasi mereka dari negara yang tengah dilanda krisis itu.
Namun, CNN berbicara kepada banyak orang yang anggota keluarganya termasuk di antara 'lusinan' warga AS yang ingin meninggalkan Sudan dan mereka mengatakan Departemen Luar Negeri AS memberikan 'hampir tidak ada bantuan' sejak pertempuran terjadi antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan pasukan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) lebih dari sepekan lalu.
Pertempuran antara kedua kubu yang bertentangan itu dilaporkan menewaskan ratusan orang, termasuk dua warga AS, dan melukai ribuan orang lainnya.
Sudan bahkan berada dalam risiko bencana kemanusiaan, dengan orang-orang yang terjebak krisis mengalami kekurangan pangan, air minum, obat-obatan dan pasokan listrik.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: WHO Perkirakan Bakal Ada Lebih Banyak Kematian di Sudan
Orang-orang yang berbicara dengan CNN mengatakan mereka dan keluarga mereka harus mengambil 'keputusan menyangkut hidup atau mati' soal kapan dan bagaimana meninggalkan Sudan dengan hanya sedikit panduan dari pemerintah AS.
"Sejujurnya, Departemen Luar Negeri tidak berguna, sama sekali tidak berguna selama masa-masa ini," ungkap Imad, yang enggan menyebut nama belakangnya, saat berbicara kepada CNN.
Orang tua Imad diketahui meninggalkan Khartoum dengan menempuh perjalanan menuju Mesir.
"Kami mengharapkan Departemen memberikan semacam panduan, namun panduan itu hanyalah template, hanya menyerukan berlindung di tempat, tidak ada informasi penting yang diberikan," imbuhnya.