Pembantaian Hutan Shakahola
Kasus ini pun dijuluki sebagai "Pembantaian Hutan Shakahola". Ada kekhawatiran beberapa anggota sekte mungkin bersembunyi dari pihak berwenang di sekitar hutan semak dan berisiko mati jika tidak segera ditemukan.
Hussein Khalid, seorang anggota kelompok hak asasi Haki Afrika yang memberi tahu polisi atas tindakan gereja tersebut, mengatakan salah satu dari mereka yang diselamatkan menolak untuk makan meskipun jelas-jelas mengalami tekanan fisik.
"Saat dia dibawa ke sini, dia benar-benar menolak untuk diberikan pertolongan pertama dan dia menutup mulutnya dengan tegas, pada dasarnya menolak untuk dibantu, ingin melanjutkan puasanya sampai dia meninggal," katanya kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Palang Merah Kenya mengatakan 212 orang telah dilaporkan hilang di Malindi, dua di antaranya telah dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.
Kasus ini pun memantik pertanyaan tentang bagaimana sekte sesat itu dapat beroperasi tanpa terdeteksi meskipun Nthenge menarik perhatian polisi enam tahun sebelumnya.
"Kengerian yang terungkap yaitu kematian kultus Shakahola harus dan harus menjadi peringatan bagi bangsa, khususnya Badan Intelijen Nasional (NIS) dan program kepolisian komunitas kami," kata Amason Jeffah Kingi, juru bicara senat dalam sebuah pernyataan.
"Bagaimana kejahatan keji seperti itu, yang diorganisir dan dieksekusi dalam jangka waktu yang cukup lama, bisa lolos dari radar sistem intelijen kita?" tanyanya.
Nthenge ditangkap pada tahun 2017 atas tuduhan "radikalisasi" setelah mendesak keluarga untuk tidak menyekolahkan anak mereka, dengan mengatakan bahwa pendidikan tidak diakui oleh Alkitab.
Nthenge kini telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. 14 orang lainnya juga ditahan atas kasus 'Pembantaian Hutan Shakahola'. Kasus ini akan disidangkan pada 2 Mei.
(mae/dhn)