Usai Picu Kontroversi, Macron Tegaskan Dukung Status Quo Taiwan

Usai Picu Kontroversi, Macron Tegaskan Dukung Status Quo Taiwan

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 13 Apr 2023 11:10 WIB
French President Emmanuel Macron is seen on screen as he speaks during a TV interview from the Elysee Palace, in Paris, on March 22, 2023. - French President is to make on March 22, 2023 his first public comments on the crisis sparked by his government forcing through a pensions overhaul, which has sparked violent protests and questions over his ability to bring about further change. (Photo by Ludovic MARIN / AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (dok. AFP/LUDOVIC MARIN)
Amsterdam -

Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan posisi negaranya soal Taiwan tidak berubah. Penegasan ini disampaikan setelah Macron memicu kontroversi dengan komentarnya bahwa Eropa tidak seharusnya menjadi 'pengikut' Amerika Serikat (AS) atau China soal isu Taiwan. Komentar itu menuai kecaman Eropa dan AS.

Seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (13/4/2023), Macron juga menyatakan bahwa dirinya mendukung 'status quo' terkini soal Taiwan saat diminta mengklarifikasi komentar sebelumnya yang menuai kritikan itu.

Dalam wawancara dengan media terkemuka seperti Politico dan media lokal Prancis Les Echos yang dipublikasikan Minggu (9/4) waktu setempat, Macron memperingatkan negara-negara Eropa untuk tidak terseret ke dalam krisis terkait Taiwan yang didorong oleh 'ritme Amerika dan reaksi berlebihan China'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komentar itu memicu kritikan dari sejumlah politisi dan pengamat di Eropa dan AS, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump yang menuduh Macron sedang 'mencium bokong' Presiden China Xi Jinping.

"Posisi Prancis dan Eropa soal Taiwan adalah sama. Kami mendukung status quo. Kebijakan ini konstan dan tidak berubah," tegas Macron dalam konferensi pers di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Belanda, pekan ini.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah kebijakan Satu-China dan resolusi situasi di Pasifik. Itulah yang saya katakan dalam pertemuan empat mata dengan Xi Jinping, itulah yang dikatakan di mana-mana, kami tidak berubah," ucapnya menjelaskan.

Namun diketahui bahwa Macron tidak menyebut Taiwan dalam pernyataan publiknya kepada media saat mengunjungi Beijing pekan lalu. Hal itu memicu kritikan sejumlah pihak.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Lihat juga Video: Prancis Mencekam Bak 'Medan Perang' Akibat UU Kenaikan Usia Pensiun

[Gambas:Video 20detik]



Dalam konferensi pers di Belanda, Macron juga menyatakan dirinya berbagi visi 'kawasan Indo-Pasifik yang terbuka' dengan Presiden AS Joe Biden, bahkan meskipun keduanya memiliki pendekatan masing-masing terhadap China.

"Saya bisa memberitahu Anda bahwa dia ingin menghindari eskalasi apapun terlepas dari ketegangan saat ini," kata Macron merujuk pada Biden.

Macron menambahkan bahwa sebuah kapal militer Prancis berlayar melintasi Selat Taiwan beberapa hari terakhir, meskipun militer China menggelar latihan perang di sekitar pulau itu. Hal tersebut, menurut Macron, menunjukkan keterlibatan kuat dari Prancis di kawasan tersebut.

"Jadi tidak, Prancis tidak mendukung provokasi, tidak terlibat dalam politik fantasi dan menganggap status quo, rasa hormat dan kejelasan merupakan sekutu terbaik untuk otonomi strategis Eropa," cetusnya.

Kendati demikian, Macron tampaknya tetap bersikeras pada pernyataannya yang memicu kritikan soal Eropa tidak seharusnya menjadi 'pengikut' AS atau China atau terjebak dalam eskalasi apapun.

"Menjadi sekutu bukan berarti menjadi bawahan ... bukan berarti bahwa kita tidak memiliki hak untuk memikirkan diri kita sendiri," tegas Macron dalam konferensi pers di Belanda pada Rabu (12/40 waktu setempat.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads