Delegasi Arab Saudi tengah berada di ibu kota Yaman, Sanaa untuk merundingkan potensi gencatan senjata terbaru dengan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran. Perundingan ini dilakukan saat Riyadh berupaya mencari jalan keluar dari perang yang terus berkecamuk di Yaman.
Seperti dilansir AFP, Senin (10/4/2023), dituturkan seorang diplomat Yaman yang berkantor di kawasan Teluk bahwa para pejabat Saudi 'berada di Sanaa untuk membahas langkah maju menciptakan perdamaian di Yaman'. Informasi itu dikonfirmasi oleh seorang diplomat lainnya di kawasan tersebut.
Para pejabat Saudi belum memberikan tanggapan resmi atas laporan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedatangan delegasi Saudi di Sanaa itu terjadi sebulan setelah China membantu menengahi pemulihan hubungan yang mengejutkan antara Saudi dan Iran, yang mengobarkan harapan untuk kemajuan dalam mengakhiri konflik yang telah merenggut ratusan ribu nyawa.
Para diplomat top Saudi dan Iran bertemu di Beijing pada Kamis (6/4) pekan lalu untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan berjanji untuk bekerja sama dalam membawa 'keamanan dan stabilitas' ke kawasan yang bergejolak.
Oman, yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan Saudi dan Houthi itu, telah tiba di Sanaa pada Sabtu (8/4) waktu setempat.
Houthi menguasai ibu kota Sanaa sejak tahun 2014, yang memicu konflik dengan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Saudi memimpin koalisi militer yang mendukung pemerintah Yaman selama delapan tahun terakhir.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Kala Penampakan Kilang Minyak di Jeddah Diserang Houthi!':
Gencatan senjata yang diumumkan setahun lalu telah secara signifikan konflik aktif di dalam wilayah Yaman, dan sebagian besar masih dihormati meskipun secara resmi telah berakhir pada Oktober lalu.
Sumber pemerintah Yaman menuturkan kepada AFP bahwa pada Sabtu (8/4) waktu setempat, para pejabat Saudi dan Houthi pada prinsipnya menyepakati gencatan senjata selama enam bulan untuk membuka jalan bagi pembicaraan selama tiga bulan, guna membahas pembentukan 'transisi' selama dua tahun di negara yang dilanda perang itu.
Kesepakatan itu diharapkan bisa memenuhi tujuan penting pemberontak Houthi, termasuk membayar gaji para pegawai negeri di wilayah-wilayah yang dikuasai Houthi dan mencabut pembatasan operasional di bandara juga pelabuhan yang dikuasai Houthi.
Pada Sabtu (8/4) waktu setempat, kepala komisi tahanan perang Houthi menuturkan kepada media pemberontak bahwa 13 tahanan yang dibebaskan oleh Saudi telah tiba di Sanaa, sebagai pertukaran dengan satu warga Saudi yang sebelumnya dibebaskan. Belum ada komentar resmi dari Riyadh atas laporan itu.
Namun pada awal Maret lalu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengonfirmasi bahwa pemberontak Houthi dan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional telah sepakat untuk menukar lebih dari 880 tahanan.