Mantan presiden Kosovo Hashim Thaci mulai diadili di pengadilan kejahatan perang di Den Haag, Belanda pada Senin (3/4), atas tuduhan kampanye pembunuhan dan penyiksaan dalam perang kemerdekaan 1998-1999 dengan Serbia.
Dilansir kantor berita AFP, Senin (3/4/2023), Thaci yang pernah dianggap sebagai pahlawan gerilya, telah membantah tuduhan tersebut. Dia diduga menargetkan mereka yang dianggap sebagai musuh Tentara Pembebasan Kosovo (KLA) etnis Albania, termasuk Serbia dan Roma, ketika pemberontak berusaha merebut kekuasaan.
Jaksa mengatakan Thaci, yang dijuluki "Ular" selama perang tersebut, dituduh bertanggung jawab atas lebih dari 100 pembunuhan oleh KLA mulai dari eksekusi hingga kematian tahanan yang dianiaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persidangan Thaci (53) dan tiga orang lainnya dimulai pada hari Senin ini dan akan mendengar pernyataan pembukaan dari jaksa penuntut dan pengacara para korban. Mereka masing-masing menghadapi enam dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan dan empat dakwaan kejahatan perang, termasuk pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa, penganiayaan dan perlakuan kejam.
Tiga terdakwa lainnya adalah mantan juru bicara KLA, Jakup Krasniqi, sekutu politik terdekat Thaci, Kadri Veseli dan tokoh kunci KLA, Rexhep Selimi.
Thaci mengaku tidak bersalah pada sidang pada tahun 2020. Dia telah mengundurkan diri sebagai presiden pada saat itu dan menyerahkan diri ke Dewan Spesialis Kosovo yang didanai Uni Eropa di Belanda setelah dia didakwa.
Surat dakwaan tersebut menuduh Thaci dan rekan-rekan terdakwa sebagai "bagian dari serangan yang meluas dan sistematis terhadap orang-orang yang diduga menentang KLA", kata pengadilan Den Haag dalam sebuah pernyataan.
Para korban termasuk "ratusan warga sipil dan orang-orang yang tidak ikut serta dalam permusuhan". Tuduhan tersebut bertanggal antara Maret 1998 dan September 1999 dan melibatkan beberapa lokasi di Kosovo dan Albania utara.
Kelompok HAM, Human Rights Watch mengatakan persidangan ini menyoroti "kebutuhan yang terus berlanjut akan keadilan" hampir seperempat abad setelah perang berakhir.
"Ini menawarkan kesempatan setelah bertahun-tahun bagi para korban untuk mempelajari apa yang terjadi dan menyoroti impunitas yang meluas yang masih membayangi konflik Kosovo," kata direktur HRW Eropa dan Asia Tengah Hugh Williamson.
Pemberontak KLA pimpinan Thaci melawan pasukan Serbia untuk kemerdekaan provinsi selatan tersebut dalam konflik pahit yang merenggut lebih dari 13.000 nyawa. Serangan-serangan udara NATO akhirnya memaksa Serbia mundur.
Setelah meletakkan senjatanya, Thaci bergabung dengan politik. Para pemimpin pemberontak KLA telah mendominasi kehidupan politik di Kosovo.
Dewan Spesialis Kosovo didirikan pada 2015 setelah laporan Dewan Eropa 2010 mengaitkan Thaci dengan kejahatan terorganisir selama dan setelah perang.