Kesepakatan yang dicapai Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik yang terputus selama tujuh tahun terakhir memancing reaksi keras dari Israel. Oposisi Israel menyebut kesepakatan Riyadh dan Teheran itu sebagai kegagalan kebijakan luar negeri oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (11/3/2023), pemimpin oposisi Israel menuduh Netanyahu telah mengabaikan hubungan luar negeri Israel demi lebih fokus pada urusan domestik, terutama reformasi peradilan yang menuai protes puluhan ribu warga yang turun ke jalanan yang memandangnya sebagai ancaman untuk demokrasi.
"Itu merupakan kegagalan kebijakan luar negeri sepenuhnya dan berbahaya oleh pemerintah Israel," sebut pemimpin oposisi Israel Yair Lapid dalam pernyataan via Twitter. Pernyataan Lapid yang mantan PM dan mantan Menteri Luar Negeri ini menggemakan sentimen senada dari tokoh oposisi lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga tahun lalu, kebijakan luar negeri menjadi kemenangan Netanyahu. Saat itu, dia memuji 'era baru' dalam hubungan yang terjalin antara Israel dan negara-negara Arab, yang kebanyakan memandang Israel sebagai paria, ketika negaranya dan Uni Emirat Arab menyepakati normalisasi hubungan.
Di bawah Perjanjian Abraham yang dimediasi Amerika Serikat (AS), kesepakatan normalisasi hubungan juga dicapai Israel dengan Bahrain dan Maroko.
Sejak awal proses itu, Netanyahu tidak pernah menyembunyikan tujuan utamanya, yakni membawa negara kekuatan Muslim terbesar dunia, Saudi, ke dalam kesepakatan itu sebagai bagian dari hasil aliansi regional melawan Iran, musuh abadi Israel. Namun itu belum juga terjadi hingga kini.
Namun justru Riyadh dan Teheran yang terlebih dulu mengumumkan kesepakatan untuk memulihkan hubungan dan membuka kembali misi diplomatik masing-masing dalam pengumuman mengejutkan pada Jumat (10/3) waktu setempat. Pengumuman itu disampaikan setelah kedua negara menggelar pertemuan di China.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Di Tengah Aktivitas Nuklir, Pabrik Militer Iran Diserang Drone!':
Netanyahu belum memberikan tanggapan resminya. Demikian juga dengan Kementerian Luar Negeri Israel yang belum memberikan komentar.
Namun sejumlah tokoh oposisi Israel memandang kesepakatan Saudi-Iran sebagai kegagalan Netanyahu, yang merupakan PM terlama di Israel. Netanyahu kembali ke kekuasaan sejak Desember tahun lalu dengan memimpin pemerintahan koalisi bersama sekutu Yahudi ultra-ortodoks dan aliran kanan-ekstrem.
"Ini adalah runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kita bangun terhadap Iran," sebut Lapid.
"Inilah yang terjadi ketika Anda sibuk sepanjang hari dengan proyek hukum yang gagal secara gila-gilaan, bukannya menangani Iran," ucapnya menyindir Netanyahu.
Seluruh elite politik Israel melihat adanya ancaman eksistensial dalam program nuklir Iran yang kontroversial. Teheran membantah tengah berusaha mendapatkan senjata atom dengan program nuklirnya.
Dalam pernyataan terpisah, mantan PM Israel lainnya, Naftali Bennett, menyebut kesepakatan Saudi-Iran sebagai 'kemenangan politik untuk Iran', yang berarti menjadi pukulan nyata bagi upaya membangun koalisi melawan Teheran.
"Kegagalan luar biasa dari pemerintah Netanyahu," sebutnya.