Pemerintah Amerika Serikat menyampaikan keprihatinan mendalam atas meletusnya kekerasan baru di Tepi Barat yang menewaskan 10 warga Palestina setelah serangan oleh pasukan Israel.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/2/2022), juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan bahwa operasi "kontraterorisme" Pasukan Pertahanan Israel telah membunuh dan melukai baik militan maupun warga sipil, dan menyebabkan lebih dari 100 orang terluka.
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan tingkat kekerasan di Israel dan Tepi Barat hari ini," kata Price kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyadari masalah keamanan yang sangat nyata yang dihadapi Israel. Pada saat yang sama, kami sangat prihatin dengan banyaknya korban luka dan hilangnya nyawa warga sipil," ujarnya.
Price mengatakan para pejabat AS tengah melakukan kontak langsung dengan kedua belah pihak, serta dengan negara-negara lain di kawasan itu, dan mendorong Israel dan Palestina untuk meredakan ketegangan.
"Pada akhirnya, pesan kami - dan pesan yang didengar kedua belah pihak dari negara-negara di kawasan ini - adalah kewajiban mereka untuk tidak hanya menghindari langkah-langkah yang hanya memperburuk ketegangan atau mengobarkan ketegangan, tetapi untuk benar-benar mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan," tutur Price.
Price menyebut perluasan permukiman Israel yang kontroversial di wilayah Palestina sebagai "hambatan bagi perdamaian yang merusak kelayakan geografis dari solusi dua negara."
Dia juga menyebut penghancuran rumah-rumah warga Palestina dan perluasan permukiman sebagai langkah sepihak "yang hanya akan memperburuk ketegangan."
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 10 warga Palestina tewas ditembak tentara Israel dalam serangan di kota Nablus, Tepi Barat pada Rabu (22/2).
Pejabat tinggi Palestina, Hussein Al Sheikh mengecam serangan tersebut. Ia menganggap serangan itu sebagai pembantaian dan menyerukan perlindungan internasional untuk rakyat Palestina.
Korban tewas itu sama dengan serangan tentara Israel bulan lalu di Jenin, yang merupakan operasi paling mematikan di Tepi Barat setidaknya sejak 2005.
Militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan tersangka militan di sebuah apartemen persembunyian, yang dituduh melakukan penembakan di Tepi Barat.