Putin Mundur dari Perjanjian Nuklir, AS: Tak Bertanggung Jawab!

Putin Mundur dari Perjanjian Nuklir, AS: Tak Bertanggung Jawab!

Rita Uli Hutapea - detikNews
Rabu, 22 Feb 2023 12:23 WIB
Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: dok. AP)
Jakarta -

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan keputusan untuk menangguhkan perjanjian pengurangan senjata nuklir dengan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan keputusan Rusia itu "sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab", tetapi AS bersedia membicarakan masalah tersebut.

"Kami tetap siap untuk berbicara tentang pembatasan senjata strategis kapan saja dengan Rusia, terlepas dari apa pun yang terjadi di dunia atau dalam hubungan kami," kata Blinken kepada wartawan di kedutaan Amerika di Athena, Yunani selama kunjungan regional, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (22/2/2023).

Dia berbicara setelah Putin mengumumkan penangguhan Moskow atas partisipasinya dalam New START, yang merupakan perjanjian pengendalian senjata terakhir yang tersisa antara dua kekuatan nuklir utama dunia tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengumuman Rusia yang menangguhkan partisipasi dalam New Start sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab," kata Blinken.

"Kami akan mengawasi dengan hati-hati untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan Rusia. Kami tentu saja akan memastikan bahwa bagaimanapun kami berada dalam posisi yang tepat untuk keamanan negara kami sendiri dan sekutu kami," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Perjanjian nuklir tersebut adalah pakta kontrol senjata utama AS-Rusia terakhir yang masih berlaku, tetapi telah rusak dalam beberapa tahun terakhir, dengan tuduhan dari Washington bahwa Moskow tidak mematuhinya.

Mantan Presiden AS Barack Obama menandatangani perjanjian itu tahun 2010 bersama Presiden Rusia saat itu, Dmitry Medvedev. Washington melihat perjanjian itu sebagai bagian dari pengaturan ulang yang lebih bersahabat dengan Kremlin.

Simak Video 'Putin Tangguhkan Rusia dari Perjanjian Nuklir dengan AS':

[Gambas:Video 20detik]



Setelah diperbarui tahun 2021, perjanjian itu ditetapkan akan berlaku hingga tahun 2026.

Perjanjian itu mengatur AS dan Rusia untuk membatasi pasokan nuklir hingga maksimum masing-masing 1.550 hulu ledak strategis ofensif. Angka itu merupakan pemotongan sebesar 30 persen dari batasan yang sebelumnya ditetapkan tahun 2002 lalu.

Pembatasan juga berlaku untuk peluncur dan pengebom nuklir, yakni masing-masing maksimum 800 unit -- yang masih cukup untuk meledakkan dunia berkali-kali.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads