Rusia memberikan tanggapan atas laporan universitas bergengsi di Amerika Serikat (AS), yang didukung otoritas Washington, yang menuduh Moskow menahan sedikitnya 6.000 anak Ukraina sejak invasi tahun lalu. Kedutaan Besar Rusia di Washington menyebut laporan itu 'absurd'.
Seperti dilansir CNN, Rabu (15/2/2023), laporan yang disusun para peneliti Lab Penelitian Kemanusiaan di Sekolah Kesehatan Publik pada Universitas Yale itu merupakan bagian proyek yang didukung Departemen Luar Negeri AS, yang menyelidiki pelanggaran HAM dan kejahatan perang yang diduga dilakukan Rusia.
Laporan yang dirilis pada Selasa (14/2) waktu setempat itu mengidentifikasi sedikitnya 43 kamp dan fasilitas lainnya, di sejumlah lokasi yang ada di Crimea dan wilayah Rusia lainnya, di mana anak-anak Ukraina ditahan sebagai bagian 'jaringan sistematis skala besar' yang dioperasikan oleh Moskow sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Tujuan utama penahanan anak-anak itu diduga kuat untuk reedukasi politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memperhatikan pernyataan absurd juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, yang menuduh negara kami melakukan 'pemindahan dan deportasi paksa terhadap anak-anak Ukraina' ke wilayah Federasi Rusia," demikian pernyataan Kedutaan Besar Rusia di Washington via Telegram.
"Rusia menerima anak-anak yang terpaksa melarikan diri bersama keluarga mereka dari gempuran dan kekejaman Angkatan Bersenjata Ukraina. Kami melakukan yang terbaik untuk menjaga anak-anak di bawah umur dalam keluarga-keluarga, dan jika orang tua dan kerabatnya tidak ada atau meninggal -- untuk memindahkan anak yatim piatu di bawah perwalian," jelas pernyataan tersebut.
"Kami memastikan perlindungan terhadap hidup dan kesejahteraan mereka," tegas Kedutaan Besar Rusia di Washington dalam pernyataannya.
Kedutaan Besar Rusia menuduh balik AS terlibat dalam dugaan kematian anak-anak di wilayah-wilayah Ukraina bagian timur yang diduduki Rusia.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Bukti Keterlibatan Putin di Konflik Donbas Saat MH17 Ditembak Rudal':
Laporan Universitas Yale itu juga menyebut bahwa sistem kamp dan adopsi oleh keluarga Rusia terhadap anak-anak Ukraina yang ditahan itu 'tampaknya disahkan dan dikoordinasikan pada level tertinggi pemerintah Rusia', yang dimulai dengan Presiden Vladimir Putin dan meluas hingga ke pejabat-pejabat daerah.
"Semua level pemerintahan Rusia terlibat," sebut salah satu peneliti Universitas Yale, Nathaniel Raymond, kepada wartawan pada Selasa (14/2).
"Tujuan utama dari kamp ini tampaknya adalah reedukasi politik," imbuhnya.
Temuan dalam laporan itu juga disebut bisa memberikan bukti bahwa tindakan-tindakan Rusia mengarah pada genosida.
"Sistem pemindahan paksa, reedukasi dan adopsi anak-anak Ukraina merupakan elemen kunci dalam upaya sistematik Kremlin untuk menyangkal dan menekan identitas Ukraina, sejarah dan budayanya," tegas juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price di kantor Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (14/2).
"Dampak menghancurkan dari agresi perang Rusia yang gagal akan dirasakan untuk generasi-generasi mendatang," cetusnya.
"Pemindahan dan deportasi secara tidak sah terhadap orang-orang yang dilindungi merupakan pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa ke-4 tentang perlindungan sipil dan merupakan kejahatan perang," sebut Departemen Luar Negeri AS dalam memo untuk media seperti dilansir CNN.