Amerika Serikat (AS) membuka kembali Kedutaan Besarnya di Kepulauan Solomon setelah menutupnya selama 30 tahun terakhir. Pembukaan kembali Kedutaan Besar AS di Solomon ini menjadi bagian dari upaya menangkal berkembangnya pengaruh China di kawasan Pasifik Selatan.
Seperti dilansir AFP, Kamis (2/2/2023), Menteri Luar Negeri (Menlu) Antony Blinken dalam pernyataannya menyebut langkah mendirikan kembali pos diplomatik di Solomon merupakan pembaruan dari 'komitmen kami untuk rakyat Kepulauan Solomon dan kemitraan kami di kawasan Indo-Pasifik'.
AS menutup kedutaannya di ibu kota Honiara sejak tahun 1993, setelah berakhirnya Perang Dingin yang memicu pengurangan pos-pos diplomatik dan adanya pergeseran prioritas.
Awal tahun 2022 lalu, Washington DC mengisyaratkan niatnya untuk membuka kembali kedutaannya di Honiara, sebelum Solomon menandatangani pakta keamanan rahasia dengan China.
Kesepakatan yang ditandatangani oleh Perdana Menteri (PM) Manasseh Sogavare dan Beijing itu memicu kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat bahwa Solomon bisa memberikan pijakan baru bagi China di kawasan Pasifik.
Diplomat AS Russell Corneau yang menjadi perwakilan sementara di Honiara, menyatakan bahwa Kedutaan Besar AS itu akan 'berfungsi sebagai platform penting' antara pemerintahannya dan pemerintahan Solomon.
Blinken menambahkan dalam pernyataannya bahwa pembukaan kembali Kedutaan Besar AS di Solomon itu 'membangun upaya kami dalam menempatkan lebih banyak personel diplomatik di seluruh kawasan dan terlibat lebih jauh dengan tetangga-tetangga kami di Pasifik'.
Sogavare tidak menghadiri seremoni pembukaan kembali Kedutaan Besar AS yang digelar Kamis (2/2) waktu setempat.
Namun Sekretaris Urusan Luar Negeri Solomon Colin Beck menyatakan bahwa pembukaan kembali Kedutaan Besar AS itu 'disambut oleh pemerintah dan rakyat Kepulauan Solomon'.