Filipina dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan kesepakatan untuk memberikan akses lebih luas bagi pasukan AS terhadap empat pangkalan militer di wilayahnya. Kesepakatan tersebut dicapai saat kedua negara yang bersekutu sejak lama itu tengah berupaya menangkal kebangkitan militer China.
Seperti dilansir AFP, Kamis (2/2/2023), kesepakatan untuk memperluas kerja sama dalam 'bidang-bidang strategis' itu dicapai pada Kamis (2/2) waktu setempat, saat kunjungan langsung oleh Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin ke Manila.
Filipina dan AS diketahui tengah berupaya memperbaiki hubungan yang retak dalam beberapa tahun terakhir, di mana Presiden sebelumnya, Rodrigo Duterte, lebih menyukai China daripada AS. Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Ferdinand Marcos Jr tampaknya ingin mengubah hal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sikap agresif Beijing atas Taiwan dan pembangunan pangkalan militer di perairan Laut China Selatan yang menjadi sengketa, telah memberikan dorongan baru bagi Washington DC dan Manila untuk memperkuat kemitraan.
Mengingat lokasinya yang dekat Taiwan dan perairan sekitarnya, kerja sama dengan Filipina akan menjadi kunci jika terjadi konflik dengan China. Seorang jenderal bintang empat Angkatan Udara AS sebelumnya memperingatkan bahwa konflik dengan China mungkin terjadi tahun 2025 mendatang.
"Filipina dan Amerika Serikat dengan bangga mengumumkan rencana untuk mempercepat implementasi penuh Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) dengan kesepakatan untuk menetapkan empat lokasi baru yang disepakati di wilayah strategis negara itu," tutur para pejabat pertahanan kedua negara dalam pernyataan gabungan.
Seorang pejabat senior Filipina, yang enggan disebut namanya, menuturkan bahwa pembicaraan tengah berlangsung untuk kemungkinan pangkalan militer kelima.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Pakta itu juga memungkinkan militer AS untuk menyimpan peralatan dan pasokan pertahanan di pangkalan-pangkalan militer tersebut.
EDCA terhenti di bawah pemerintahan Duterte, namun Marcos Jr berupaya mempercepat penerapannya.
Di bawah perluasan yang disepakati, AS nantinya akan memiliki akses terhadap setidaknya sembilan pangkalan militer yang tersebar di berbagai wilayah Filipina.
Lokasi-lokasi baru belum diidentifikasi secara publik, namun telah dilaporkan secara luas bahwa sebagian besar pangkalan militer yang baru akan berada di pulau utama Luzon -- daratan Filipina paling dekat dengan Taiwan -- di mana pasukan AS telah memiliki akses terhadap dua lokasi di sana.
Pangkalan keempat dilaporkan berada di Pulau Palawan, menghadap ke arah Kepulauan Spratly di Laut China Selatan yang menjadi sengketa, yang menjadikan jumlah lokasi baru di sana menjadi dua.
Menjelang pengumuman itu, Austin bertemu Marcos Jr di Istana Kepresidenan dan menggambarkan Filipina sebagai 'sekutu utama' AS. Ditegaskan Austin bahwa AS akan terus membantu dalam 'membangun dan memodernisasi' kemampuan militer Filipina dan meningkatkan interoperabilitas di antara pasukan kedua negara.
Sekitar 500 personel militer AS saat ini ditugaskan di Filipina, dengan yang lainnya dirotasi ke seluruh wilayah Filipina untuk mengikuti latihan gabungan yang digelar sepanjang tahun.