Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengisyaratkan negaranya mungkin akan lebih menyetujui Finlandia untuk bergabung aliansi militer NATO daripada Swedia. Isyarat itu dilontarkan saat Ankara dan Stockholm bersitegang usai aksi pembakaran Al-Quran oleh aktivis anti-Islam beberapa waktu lalu.
"Kami mungkin memberikan pesan yang berbeda kepada Finlandia (soal pengajuan keanggotaan NATO) dan Swedia akan terkejut ketika mereka melihat pesan kami. Tapi Finlandia seharusnya tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Swedia," cetus Erdogan seperti dilansir Reuters, Senin (30/1/2023).
Swedia dan Finlandia mengajuk permohonan untuk bergabung NATO sejak tahun lalu, setelah Rusia melancarkan invasi militer ke Ukraina. Dibutuhkan persetujuan seluruh anggota NATO untuk bisa bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu.
Sejauh ini, hanya tinggal Turki dan Hungaria yang belum meratifikasi keanggotaan Swedia dan Finlandia.
Otoritas Turki menyebut Swedia, khususnya, menampung kelompok yang disebut Ankara sebagai militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki. PKK diketahui mengangkat senjata melawan Turki sejak tahun 1984 silam.
"Kami memberikan kepada Swedia, daftar berisi 120 orang dan memberitahu mereka untuk mengekstradisi teroris-teroris itu di negara mereka. Jika Anda tidak mengekstradisi mereka, maka maaf tentang itu," tegas Erdogan, merujuk pada perjanjian antara Turki dan kedua negara itu soal keanggotaan NATO.
Turki menangguhkan pembicaraan soal keanggotaan NATO dengan Swedia dan Finlandia sejak pekan lalu, setelah aksi pembakaran Al-Quran dilakukan seorang aktivis anti-Islam bernama Rasmus Paludan dalam sebuah unjuk rasa di Stockholm.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.