Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan pengunduran diri secara tiba-tiba, yang berlaku efektif pada 7 Februari mendatang. Selama dua periode menjabat, Ardern memimpin negaranya menghadapi berbagai tantangan mulai dari teror di Christchurch hingga pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir The Guardian, Kamis (19/1/2023), Ardern mencetak rekor sebagai wanita termuda di dunia yang menjadi kepala pemerintahan saat terpilih menjabat PM tahun 2017 lalu, dalam usia 37 tahun. Dia kembali menjabat sebagai PM untuk periode kedua tahun 2020 lalu.
Ardern memimpin Selandia Baru menghadapi pandemi Corona, dan bencana-bencana besar termasuk serangan teror terhadap dua masjid di Christchurch, dan erupsi gunung api di White Island.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya bagaimana dirinya ingin warga Selandia Baru mengingat kepemimpinannya, Ardern menjawab: "Sebagai seseorang yang selalu berusaha untuk jadi baik."
"Saya berharap saya meninggalkan warga Selandia Baru dengan keyakinan bahwa Anda bisa menjadi baik, tetapi kuat, berempati tetapi tegas, optimis tetapi tetap fokus. Dan Anda bisa menjadi pemimpin Anda sendiri -- yang mengetahui kapan waktunya untuk pergi," tutur Ardern dalam pesannya untuk warga Selandia Baru.
Diketahui bahwa selama setahun terakhir menjabat, Ardern menghadapi ancaman kekerasan yang meningkat, khususnya dari kalangan penganut teori konspirasi dan kelompok anti-vaksin yang marah atas kebijakan wajib vaksinasi dan lockdown COVID-19 di Selandia Baru. Namun ditegaskan Ardern bahwa risiko yang meningkat terkait pekerjaannya tidak menjadi alasannya untuk mundur.
"Saya tidak ingin meninggalkan kesan bahwa kesulitan yang Anda hadapi dalam politik adalah alasan orang-orang berhenti. Iya, itu memiliki dampak. Bagaimanapun juga kita semua adalah manusia, tapi itu bukan yang mendasari keputusan saya," tegasnya.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan Video 'PM Selandia Baru Mengundurkan Diri':
Lebih lanjut, Ardern menuturkan tidak memiliki rencana di masa depan, selain menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya. Dia menyampaikan terima kasih kepada pasangannya, Clarker Gayford, dan putrinya, Neve, yang dilahirkannya saat dia masih menjabat.
"Orang yang telah berkorban paling banyak di antara kami semua," sebutnya.
"Untuk Neve: ibu sangat menantikan untuk ada ketika kamu memulai sekolah tahun ini. Dan kepada Clarke -- mari kita menikah," imbuh Ardern.
Saat mengumumkan pengunduran dirinya yang mengejutkan banyak pihak, Ardern mengungkapkan alasannya diri, yakni karena dirinya merasa tidak lagi memiliki kapasitas yang cukup untuk menjabat PM Selandia Baru.
Masa jabatannya sebagai PM akan berakhir secara resmi pada 7 Februari mendatang. Namun Ardern akan tetap menjadi anggota parlemen Selandia Baru hingga pemilu digelar Oktober mendatang.
"Saya berhenti karena dengan peran istimewa seperti itu datanglah tanggung jawab. Tanggung jawab untuk mengetahui kapan Anda menjadi orang yang tepat untuk memimpin dan juga kapan Anda tidak demikian," ucap Ardern menjelaskan alasannya mengundurkan diri.
"Saya mengetahui apa yang dibutuhkan pekerjaan ini. Dan saya mengetahui saya tidak lagi memiliki cukup kapasitas untuk menjalankannya dengan benar. Sesederhana itu," jelasnya.