Para pemimpin dunia ramai-ramai mengecam aksi para pendukung mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menyerbu Gedung Kongres, Istana Kepresidenan dan Mahkamah Agung. Mereka memprotes pelantikan Presiden Brasil yang baru, Luiz Inacio Lula da Silva pada minggu lalu.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengecam penyerangan itu sebagai "keterlaluan".
"Saya mengutuk penyerangan terhadap demokrasi dan pengalihan kekuasaan secara damai di Brasil. Lembaga-lembaga demokrasi Brasil mendapat dukungan penuh dari kami, dan keinginan rakyat Brasil tidak boleh diremehkan. Saya berharap dapat terus bekerja sama dengan @LulaOficial," tulis Biden di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (9/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Argentina Alberto Fernandez juga menyerang "upaya kudeta" yang dilakukan oleh para pendukung Bolsonaro.
Para pemimpin Amerika Selatan di Chili, Kolombia, dan Venezuela turut menyesalkan aksi massa tersebut. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga men-tweet dukungannya untuk Lula da Silva yang menjabat sebagai presiden baru Brasil seminggu yang lalu.
"Keinginan rakyat Brasil dan institusi demokrasi harus dihormati!" tulis Macron di Twitter.
Pejabat tinggi urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pun men-tweet bahwa dia "terkejut dengan tindakan kekerasan dan pendudukan ilegal di kawasan pemerintahan Brasilia oleh ekstremis kekerasan hari ini."
"Demokrasi Brasil akan menang atas kekerasan dan ekstremisme," tambahnya.
Simak Video 'Istana Kepresidenan Brasil Diserbu Pendukung Bolsonaro!':
Kecaman juga disampaikan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. "Serangan semacam itu terhadap kantor-kantor pemerintah tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan segala bentuk perbedaan pendapat demokratis," ujar pemimpin sayap kanan itu, seraya menyerukan untuk "kembali ke keadaan normal."
Akun Twitter Demokrat di komite hubungan luar negeri Senat AS menekankan bahwa penyerangan di Brasil itu terjadi hampir dua tahun setelah massa pendukung presiden saat itu, Donald Trump menyerbu gedung Capitol AS dalam upaya untuk membatalkan pemilihan umum 2020, menyebabkan lima orang tewas.
"Warisan Trump terus meracuni belahan bumi kita," tulisnya."
Presiden Chili Gabriel Boric pun mengecam "serangan pengecut dan keji terhadap demokrasi" itu dan mengatakan bahwa pemerintah Lula mendapat "dukungan penuh" dari Chili.