Boroghani didakwa 'melukai seorang personel keamanan dengan pisau dengan niat membunuhnya dan menebar teror di antara warga'. Dia juga didakwa 'membakar kantor gubernur di Pakdasht' -- sebuah kota yang berjarak 43 kilometer sebelah tenggara ibu kota Teheran.
Menurut IHR, Boroghani baru berusia 19 tahun. Laporan Mizan Online soal hukuman mati terhadap Boroghani diperkuat itu dirilis setelah sejumlah laporan mengindikasikan eksekusi mati dibatalkan.
"Republik Islam, yang belum mampu mengendalikan unjuk rasa setelah 109 hari, membutuhkan intimidasi dan eksekusi untuk melanjutkan keberlangsungan negaranya," sebut Amiry-Moghaddam dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan lalu, IHR melaporkan sedikitnya 100 demonstran di Iran terancam eksekusi mati setelah dijatuhi hukuman mati atau dijerat dakwaan yang memiliki ancaman hukuman mati.
Eksekusi mati melalui hukuman gantung yang pertama dilakukan terhadap dua demonstran dalam aksi memprotes kematian Amini menuai kemarahan internasional. Kelompok-kelompok HAM bahkan menyerukan agar tekanan terhadap Iran ditingkatkan demi mencegah lebih banyak eksekusi mati.
Seorang demonstran bernama Majidreza Rahnavard (23) dihukum gantung di depan umum pada 12 Desember lalu, setelah dinyatakan bersalah atas dakwaan membunuh dua personel pasukan keamanan Iran dengan pisau.
Empat hari kemudian, satu demonstran lainnya yang bernama Mohsen Shekari (23) juga dihukum gantung atas dakwaan melukai seorang personel pasukan keamanan Iran dalam unjuk rasa.
Otoritas peradilan Iran menyatakan telah menjatuhkan total 11 hukuman mati terkait unjuk rasa yang marak di wilayahnya, yang disebut sebagai 'kerusuhan' oleh para pejabat Teheran.
Sementara Mahkamah Agung, beberapa pekan terakhir, memerintahkan persidangan ulang terhadap tiga demonstran yang terancam dihukum mati atas keterlibatan mereka dalam unjuk rasa di Iran.
(nvc/mae)