Putin: Konflik Ukraina 'Tragedi Bersama', Bukan Salah Rusia

Putin: Konflik Ukraina 'Tragedi Bersama', Bukan Salah Rusia

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 22 Des 2022 12:32 WIB
Russian President Vladimir Putin gestures while speaking at the plenary session of the 19th annual meeting of the Valdai International Discussion Club outside Moscow, Russia, Thursday, Oct. 27, 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Presiden Rusia Vladimir Putin (dok. Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Moskow -

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pernyataan terbarunya menyebut konflik yang tengah berlangsung di Ukraina, yang dipicu oleh invasi pasukan Moskow, sebagai 'tragedi bersama'. Putin menilai pecahnya permusuhan disebabkan oleh Ukraina dan sekutu-sekutunya, bukan Rusia.

Seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (22/12/2022), pernyataan itu disampaikan Putin saat berbicara dalam rapat dengan jajaran pejabat senior militer Rusia pada Rabu (21/12) waktu setempat.

Dalam rapat itu, Putin menyatakan dirinya masih menganggap warga Ukraina -- di mana puluhan ribu orang tewas, jutaan orang mengungsi dan kota-kota di Ukraina hancur -- sebagai orang-orang yang 'bersaudara'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apa yang sedang terjadi, tentu saja, sebuah tragedi -- tragedi kita bersama. Tapi itu bukan hasil dari kebijakan kita," sebut Putin merujuk pada konflik Ukraina.

"Itu adalah hasil dari kebijakan negara ketiga, negara ketiga yang selalu berusaha keras untuk ini, disintegrasi dunia Rusia. Sampai batas tertentu mereka berhasil, dan mendorong kita ke garis di mana kita berada sekarang," cetusnya.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Putin mengatakan dirinya tidak menyesal telah meluncurkan apa yang disebutnya sebagai 'operasi militer khusus' dan berargumen bahwa Rusia tidak memiliki pilihan untuk melawan kekuatan Barat yang arogan.

Dalam rapat itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Sergei Shoigu membacakan sebuah laporan di mana dia menyebut pasukan Rusia secara aktif menghancurkan potensi militer Ukraina dan menuduh Barat berupaya membuat konflik berlarut-larut.

Shoigu mengusulkan penambahan jumlah personel tempur dalam militer Rusia, yang terlibat dalam operasi di Ukraina, menjadi 1,5 juta tentara dan menaikkan batas usia wajib militer ke rentang baru antara 21-30 tahun, dibandingkan sebelumnya antara 18-27 tahun.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan juga 'Zelensky Dapat USD 2 M dari AS, Biden: Bantu Hingga Berhasil Menang':

[Gambas:Video 20detik]



Shoigu juga menyebut Rusia sedang mempercepat pengerahan senjata-senjata modern.

"Diperlukan untuk meningkatkan jumlah pasukan bersenjata menjadi 1,5 juta personel, termasuk 695.000 tentara kontrak," ucap Shoigu kepada Putin, yang menyatakan setuju dengan usulan itu.

Rusia terakhir kali mempublikasikan kerugian dalam perang di Ukraina pada 21 September lalu, dengan menyebut 5.937 tentaranya telah tewas. Angka itu jauh berada di bawah sebagian besar perkiraan internasional.

Jenderal top Amerika Serikat (AS) memperkirakan pada 9 November lalu bahwa lebih dari 100.000 tentara tewas atau mengalami luka-luka, baik dari Rusia maupun Ukraina.

Halaman 3 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads