Negara-negara Barat menjanjikan bantuan tambahan sebesar 1 miliar Euro (Rp 16,6 triliun) untuk Ukraina sebagai bantuan darurat musim dingin. Bantuan tambahan ini menanggapi permintaan Presiden Volodymyr Zelensky untuk membantu negaranya menghadapi serangan Rusia terhadap jaringan energinya.
Seperti dilansir AFP, Rabu (14/12/2022), Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa sekitar 70 negara dan organisasi internasional berkumpul di Paris untuk menghadiri pertemuan yang dimaksudkan untuk memungkinkan warga Ukraina 'melewati musim dingin ini'.
Dalam pesan video saat pertemuan itu, Zelensky menyatakan Ukraina membutuhkan bantuan sekitar 800 juta Euro (Rp 13,2 triliun) dalam jangka pendek untuk sektor energinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu saja jumlahnya sangat tinggi, tapi biayanya lebih kecil daripada biaya pemadaman potensial," sebut Zelensky dalam pernyataannya.
Diumumkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Catherine Colonna bahwa janji untuk sektor energi mencapai 400 juta Euro dari dana yang dikumpulkan pada Selasa (13/12) waktu setempat.
Zelensky dalam pernyataannya menjelaskan bahwa Ukraina membutuhkan suku cadang untuk perbaikan, generator berkapasitas tinggi, gas ekstra serta peningkatan impor listrik.
"Generator telah menjadi kebutuhan seperti kendaraan lapis baja dan jaket antipeluru," sebutnya.
Perdana Menteri (PM) Ukraina Denys Shmygal menyebut sekitar 40-50 persen jaringan negara tidak berfungsi karena serangan-serangan Rusia. Banyak daerah di Ukraina yang hanya mendapatkan pasokan listrik selama beberapa jam saja setiap harinya.
Simak juga 'Rusia Tengah Menyusun Kekuatan baru di Ukraina':
Sekitar 1,5 juta orang lainnya di wilayah Odessa bagian selatan tidak mendapatkan pasokan listrik sepanjang akhir pekan setelah serangan drone Rusia.
"Mereka ingin menempatkan kami dalam kegelapan dan itu akan gagal, terima kasih kepada mitra-mitra kami di seluruh dunia," ucap Shmygal kepada negara-negara Barat sekutu Ukraina.
Macron dalam pernyataan mengawali pertemuan di Paris itu melontarkan kecaman untuk serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil Ukraina, yang disebutnya 'sinis' dan 'pengecut'.
"Serangan-serangan ini ... yang secara terbuka diakui oleh Rusia dirancang untuk mematahkan perlawanan rakyat Ukraina, adalah kejahatan perang," cetus Macron.
"Mereka tanpa ragu melanggar prinsip paling dasar dari hukum kemanusiaan. Tindakan-tindakan ini tidak bisa ditoleransi dan tidak bisa dibiarkan begitu saja," tegasnya.