Otoritas Qatar meluncurkan penyelidikan keselamatan kerja terkait kematian seorang pekerja migran. Pekerja asal Filipina itu meninggal dunia di salah satu area latihan Piala Dunia 2022.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (9/12/2022), Kepala Eksekutif Piala Dunia 2022 di Doha, Nasser Al Khater, mengonfirmasi kepada Reuters bahwa seorang pekerja telah meninggal dunia, namun tanpa memberikan informasi lebih detail seputar kematian itu.
Al Khater dalam pernyataannya menyebut 'kematian adalah bagian alami dari kehidupan' sembari menyampaikan belasungkawa untuk keluarga pekerja itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan media online The Athletic pada Rabu (7/12) waktu setempat menyebut seorang pria Filipina yang dikontrak untuk memperbaiki lampu di area parkir mobil di Sealine Resort, yang menjadi area latihan timnas Arab Saudi, meninggal dunia setelah terpeleset.
"Terpeleset dari tanjakan saat berjalan di sebelah kendaraan dan terjatuh dengan kepala terlebih dulu, membentur beton," sebut The Athletic dalam laporannya yang mengutip sejumlah sumber.
Disebutkan The Athletic bahwa insiden itu terjadi saat pertandingan Piala Dunia tengah berlangsung, namun tidak disebut secara spesifik kapan. Pihak Sealine Resort belum memberikan tanggapannya.
Seorang pejabat pemerintah Qatar yang enggan disebut namanya menuturkan penyelidikan tengah dilakukan.
"Jika penyelidikan menyimpulkan bahwa protokol keselamatan tidak dipatuhi, perusahaan akan dikenai tindakan hukum dan sanksi finansial yang berat," sebut pejabat pemerintah Qatar itu saat dihubungi Reuters.
"Tingkat kecelakaan kerja telah secara konsisten menurun di Qatar sejak standar kesehatan dan keselamatan ketat diberlakukan dan penegakan telah ditingkatkan," imbuh pejabat tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Qatar semakin diawasi oleh kelompok-kelompok HAM sejak mendapatkan hak tuan rumah Piala Dunia, terutama terkait perlakuan terhadap para pekerja migran yang menyumbang populasi mayoritas di negara Teluk Arab tersebut.
Piala Dunia Qatar yang untuk pertama kalinya digelar di kawasan Timur Tengah, juga diwarnai kontroversi dan kritikan seputar catatan HAM Qatar, LGBT dan hak-hak perempuan di negara tersebut.
Sementara itu, jumlah kematian kerja di Qatar masih diperdebatkan. Media Inggris, Guardian, dalam laporan tahun lalu menyebut sedikitnya 6.500 pekerja migran -- kebanyakan bekerja untuk proyek Piala Dunia -- tewas di Qatar sejak negara itu mendapatkan hak tuan rumah tahun 2010.
Otoritas Doha dalam tanggapannya menyatakan bahwa jumlah kematian sebanding dengan besaran satuan tenaga kerja migran, sembari menyebut setiap kematian adalah tragedi.
Penyelenggara Piala Dunia Qatar, Supreme Committee for Delivery and Legacy (SC), menyatakan pihaknya tidak terlibat dalam penyelidikan yang dilakukan otoritas Qatar karena pekerja yang tewas merupakan pekerja kontrak dan bukan di bawah wewenangnya.
SC juga menyebut bahwa tiga kematian terkait kerja dan 37 kematian tidak terkait kerja telah terjadi berkaitan dengan proyek Piala Dunia di Qatar.
"Kematian adalah bagian alami dari kehidupan, apakah di tempat kerja, apakah dalam tidur Anda," ucap Al Khater saat ditanya wartawan soal laporan The Athletic.
"Kita berada di tengah-tengah Piala Dunia. Dan kita menggelar Piala Dunia yang sukses. Dan hal ini yang ingin Anda bicarakan sekarang?" tanyanya kepada wartawan dengan nada kecewa.