Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyebut Paus Fransiskus telah menjadi korban propaganda. Komentar itu disampaikan setelah pemimpin umat Katolik sedunia itu menyebut dua kelompok etnis minoritas Rusia, Chechen dan Buryat, sebagai salah satu pasukan paling kejam yang kini bertempur di Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Rabu (30/11/2022), Kadyrov yang memimpin wilayah Chechnya yang mayoritas Muslim di Rusia dan dikenal dengan pelanggaran HAM yang luas, telah menjadi salah satu pendukung paling vokal untuk invasi Rusia ke Ukraina.
"Paus menyebut Chechen dan Buryat sebagai yang paling kejam dalam militer Rusia," tulis Kadyrov dalam pernyataan via media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia telah menjadi korban propaganda," sebut Kadyrov, tanpa menyebut propaganda siapa yang dimaksudnya.
Unit pasukan Chechen, termasuk milisi pimpinan Kadyrov yang memiliki reputasi buruk, Kadyrovtsi, tengah bertempur bersama pasukan militer Rusia di wilayah Ukraina, sejak invasi dimulai akhir Februari lalu.
Pernyataan Paus Fransiskus yang dikomentari Kadyrov itu disampaikan dalam wawancara dengan majalah Jesuit bernama America. Wawancara itu dipublikasikan pada Senin (28/11) waktu setempat, namun dilakukan pada 22 November lalu.
Dalam wawancara itu, Paus Fransiskus menyebut bahwa beberapa pelaku 'paling kejam' dalam jajaran militer Rusia di Ukraina 'bukanlah dari tradisi Rusia' tapi dari minoritas seperti 'Chechen, Buryat, dan sebagainya'.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Merespons pernyataan itu, Kadyrov menyatakan 'semua orang sangat religius' dalam jajaran pasukan Chechen.
"Dan setiap petempur mengetahui bahwa di masa perang, seseorang tidak boleh melupakan kehormatan, martabat, dan bahkan rasa hormat terhadap musuh," ujarnya.
"Sangat memalukan bahwa seorang tokoh agama yang dikenal dunia tidak mengetahui soal sikap Muslim terhadap musuh," imbuh Kadyrov.
Diketahui bahwa Kadyrov secara rutin menyerukan taktik paling drastis untuk digunakan di Ukraina. Dia juga mengungkapkan bahwa dirinya mengirimkan tiga putranya sendiri yang masih remaja, berusia 14 tahun, 15 tahun dan 16 tahun, ke garis depan pertempuran.