China kembali mencetak rekor tertinggi untuk jumlah kasus harian virus Corona (COVID-19) di wilayahnya. Rekor baru ini tercatat di tengah meluasnya unjuk rasa langka memprotes pembatasan ketat Corona di berbagai kota, termasuk ibu kota Beijing.
Seperti dilansir Channel News Asia, Senin (28/11/2022), Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan pada Senin (28/11) waktu setempat bahwa sedikitnya 40.052 kasus Corona tercatat dalam sehari, secara nasional di negara tersebut.
Angka itu menggeser rekor tertinggi untuk kasus harian Corona sebelum dan melebihi 39.506 kasus yang tercatat sehari sebelumnya. Sudah lima hari berturut-turut China mencetak rekor tertinggi untuk kasus harian Corona di wilayahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kota-kota besar seperti Guangzhou dan Chongqing, yang melaporkan ribuan kasus baru, tengah berjuang mengatasi kemunculan wabah baru Corona. Sedangkan ratusan kasus Corona lainnya tercatat di beberapa kota lainnya di wilayah China sepanjang Minggu (27/11) waktu setempat.
Laporan South China Morning Post (SCMP) menyebut dari 40.052 kasus Corona yang tercatat dalam sehari terakhir di China, sebanyak 36.304 kasus di antaranya tidak menunjukkan gejala atau tanpa gejala.
Sekitar 104 kasus Corona di antaranya diidentifikasi sebagai kasus 'parah'.
Rekor tertinggi untuk kasus harian Corona ini tercatat saat unjuk rasa memprotes pembatasan Corona marak terjadi di beberapa kota di China, seperti Shanghai, Beijing, Chengdu, Guangzhou dan Wuhan yang merupakan titik nol kasus COVID-19.
Unjuk rasa semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di China selama Presiden Xi Jinping berkuasa satu dekade terakhir. Ruang untuk perbedaan pendapat diketahui telah dihilangkan di bawah pemerintahan Xi.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kebanyakan warga China biasanya melampiaskan kemarahan dan rasa frustrasi mereka terhadap kebijakan pemerintah melalui media sosial, itu pun mereka masih rawan terkena sensor besar-besaran yang selalu dilakukan otoritas Beijing.
Unjuk rasa terang-terangan yang kini marak di China terjadi saat negara itu terus berada di bawah kebijakan ketat nol-COVID yang dicetuskan Xi, bahkan saat sebagian besar negara-negara lainnya di dunia telah mencabut pembatasan Corona.
Di Shanghai, para demonstran terlibat bentrokan dengan polisi yang mengawal jalannya unjuk rasa pada Minggu (27/11) waktu setempat. Sejumlah demonstran dilaporkan dibawa pergi polisi dengan menggunakan bus dari lokasi.
Kerumunan besar demonstran lainnya berkumpul di Beijing pada Minggu (27/11) malam, tepatnya di sepanjang ruas jalanan Ring Road ke-3. Aksi protes sebagian besar berlangsung damai, dengan beberapa demonstran meneriakkan 'Kami tidak ingin tes COVID' dan 'Kami ingin kebebasan' sembari mengangkat kertas putih kosong yang melambangkan kritikan untuk aksi penyensoran ketat di China.
Unjuk rasa menentang pembatasan COVID ini juga diwarnai seruan-seruan politik, yang salah satunya menuntut Xi mundur dari jabatannya.
"Turunkan Partai Komunis China, turunkan Xi Jinping," teriak kerumunan demonstran di Shanghai pada Minggu (27/11) pagi, menurut sejumlah saksi mata dan rekaman video yang diunggah ke media sosial.
"Kami tidak ingin penguasa seumur hidup. Kami tidak menginginkan kaisar!" teriak para demonstran di Chengdu, yang secara terselubung merujuk pada Xi yang sejak bulan lalu memulai masa jabatan ketiga -- aturan ini mendobrak pembatasan masa jabatan dua periode untuk Presiden China.