Rusia Tuduh AS Picu Peningkatan Militerisasi di Asia Tenggara

Rusia Tuduh AS Picu Peningkatan Militerisasi di Asia Tenggara

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 14 Nov 2022 11:46 WIB
Russian Foreign Minister Sergei Lavrov attends a joint news conference with Secretary-General of the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) Hissein Brahim Taha in Moscow, Russia October 24, 2022. REUTERS/Evgenia Novozhenina/Pool
Menlu Rusia Sergei Lavrov (Foto: REUTERS/Evgenia Novozhenina/Pool)
Jakarta -

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menuduh Amerika Serikat memicu peningkatan militerisasi di Asia Tenggara, dengan mengatakan bahwa Washington berusaha untuk menahan pengaruh Beijing dan Moskow di wilayah tersebut.

Dilansir kantor berita AFP, Senin (14/11/2022), Lavrov menuduh Amerika Serikat mendorong "militerisasi di wilayah ini, yang jelas ditujukan untuk menahan China dan membatasi kepentingan Rusia di wilayah tersebut".

Ketika invasi Rusia ke Ukraina mulai berlangsung, dan dengan sanksi-sanksi Barat yang menggigit, Rusia telah beralih ke Asia Tenggara dalam upaya untuk menopang ekonominya yang terpukul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lavrov menyebut strategi Washington -- yang telah membuat Amerika Serikat mendorong hubungan yang lebih dekat dengan negara-negara Asia Tenggara -- "tidak inklusif dan bersaing dengan struktur inklusif yang dibuat di sekitar ASEAN".

Hal itu disampaikan Lavrov saat berbicara kepada wartawan di bandara Phnom Penh setelah menghadiri KTT ASEAN di Kamboja -- dan sebelum terbang ke Bali untuk KTT G20 di mana pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan bertemu.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya pada hari Minggu (13/11), Biden mengatakan dia akan berusaha membangun "garis merah" untuk mencari solusi atas hubungan panas Amerika dengan Beijing. Dilansir AFP, Minggu (13/11/2022), Washington dan Beijing berselisih mengenai masalah mulai dari perdagangan hingga hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, China. Ditambah status pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

Biden mengatakan dia mengharapkan pembicaraan jujur dengan Xi.

"Saya tahu Xi Jinping, dia mengenal saya," tambahnya, mengatakan mereka selalu melakukan "diskusi langsung".

Simak Video 'Mewakili Putin, Menlu Rusia Tiba di Bali untuk Hadiri KTT G20':

[Gambas:Video 20detik]



Kedua tokoh itu telah saling kenal selama lebih dari satu dekade, sejak Biden menjabat sebagai wakil presiden. Di hari Senin (14/11) ini, keduanya akan bertemu tatap muka untuk pertama kalinya dalam jabatan mereka saat ini.

"Kami memiliki sedikit kesalahpahaman. Kami hanya harus mencari tahu apa garis merah itu," kata Biden.

Pejabat Gedung Putih mengatakan Biden akan mendorong China untuk menggunakan pengaruhnya untuk mengendalikan Korea Utara setelah serentetan uji coba rudal yang memecahkan rekor. Hal itu membuat kekhawatiran melonjak bahwa rezim tertutup itu akan segera melakukan uji coba nuklir ketujuh.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads