Terungkap Teriakan di Rekaman Telepon Sebelum Tragedi Itaewon

Haris Fadhil - detikNews
Kamis, 03 Nov 2022 22:32 WIB
Foto: Pesta Hallowen di Itaewon berujung tragedi (dok AFP)
Seoul -

Teriakan dari panggilan darurat pertama terkait tragedi Itaewon, Korea Selatan (Korsel), terungkap. Panggilan itu berisi teriakan yang menceritakan kondisi mengerikan di Itaewon.

Dilansir BBC, Kamis (3/11/2022), panggilan darurat pertama tentang peristiwa di Itaewon itu masuk pada saat malam masih belum terlalu larut pada Sabtu (29/10/2022). Panggilan itu dilakukan seorang wanita yang menceritakan situasi sangat mengerikan.

"Saat ini keadaannya sangat mengerikan," kata seorang perempuan di sambungan telepon itu saat menjelaskan kekacauan yang terjadi di jalan-jalan sempit distrik kehidupan malam Seoul itu.

Ternyata, ada 11 panggilan darurat yang masuk ke 112 atau nomor kedaruratan milik kepolisian Korea Selatan. Semua panggilan itu meminta polisi untuk mengendalikan kerumunan sebelum insiden fatal itu terjadi.

Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan pertanggungjawaban, polisi Korsel pun meluncurkan investigasi. Petugas juga telah melakukan pemeriksaan di Kantor Polisi Metro Seoul.

Selain itu, petugas juga menggeledah sejumlah kantor polisi, kantor pemadam kebakaran, dan kantor-kantor panggilan darurat, untuk mencari tahu apakah para petugas yang menerima panggilan darurat tersebut melakukan kewajibannya dan mengambil langkah pengamanan selanjutnya.

Polisi juga melakukan langkah tak biasa dengan merilis transkrip dari panggilan-panggilan darurat itu. Dari peringatan yang penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran hingga teriakan ketakutan, transkip panggilan-panggilan ini menggambarkan bagaimana kekacauan meningkat dengan cepat.

Kerumunan Makin Ramai

Dalam panggilan darurat pertama pada 18.34 waktu setempat - beberapa jam sebelum insiden desak-desakan terjadi - seorang penjaga toko bernama Park menggambarkan orang-orang turun dari stasiun kereta bawah tanah Itaewon.

Mereka berjalan keluar ke sebuah lorong sempit di dekat hotel dan pusat perbelanjaan Hamilton, berbaur dengan orang-orang yang hendak meninggalkan area tersebut, dan orang-orang lain yang mengantre untuk masuk ke berbagai kelab di sana.

"Tidak ada yang mengatur kerumunan ini sekarang. Polisi harus datang dan mengontrol ini. Anda harus mengatur supaya orang-orang bisa keluar dulu, baru mempersilakan orang-orang masuk. Sekarang orang-orang terus berdatangan sementara yang lain tidak bisa keluar, ujar Park.

Dalam wawancara dengan stasiun radio lokal CBS pada Rabu, Park menyebut dirinya telah melakukan panggilan darurat usai berjalan-jalan dengan anak perempuan dan suaminya, lalu terpisah karena kerumunan begitu padat.

Mereka akhirnya bisa berkumpul kembali dan memutuskan cepat-cepat pulang. Dia menjelaskan ketakutannya terperangkap di dalam kerumunan yang menurutnya jauh lebih besar dari yang kerap dilihatnya di area tersebut pada akhir pekan.

Park juga menyesali tragedi ini terjadi, padahal dia sudah memberikan peringatan kepada polisi.

"Di dalam taksi saat pulang, saya berpikir situasi ini akan berbeda kalau saya menunggu di sana sampai polisi datang, membentuk [pagar manusia] dengan yang lain dan memberitahu anak-anak muda memahami bahwa situasinya berbahaya. Saya menyesalinya," ujar Park.

"Polisi mungkin bisa mengatur dengan lebih keras, dengan menutup jalan-jalan atau mengatur kereta bawah tanah, jika mereka tahu kalau akan ada banyak orang yang datang. Tetapi tidak ada polisi [di sana] yang bisa membuat keputusan itu, atau melakukan aksi apapun," sambungnya.

Park juga mengatakan, setelah melakukan panggilan darurat itu, dia juga tidak menerima konfirmasi melalui pesan pendek dari polisi yang menginfokan tindakan cepat mereka. Ini hal yang tak biasa bagi polisi Korea Selatan, yang selalu membanggakan tindakan lanjutan mereka yang cepat dan penuh perhatian.

Menurut catatan polisi yang didapatkan oleh kantor berita Yonhap, polisi menugaskan sejumlah personel setelah panggilan telepon itu, tetapi tidak diketahui berapa yang dikirim dan tindakan apa yang mereka lakukan.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.




(haf/haf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork