Polisi Korsel Akui Penanganan Massa dalam Tragedi Itaewon Tak Memadai

Polisi Korsel Akui Penanganan Massa dalam Tragedi Itaewon Tak Memadai

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 01 Nov 2022 14:24 WIB
Seoul -

Kepala Kepolisian Korea Selatan (Korsel) Yoon Hee-keun menyatakan kepolisian menerima banyak laporan darurat soal bahaya menjelang tragedi desak-desakan maut dalam perayaan Halloween di Itaewon pada akhir pekan. Diakui oleh Yoon bahwa penanganan kepolisian terhadap situasi itu tidak memadai.

Seperti dilansir AFP, Selasa (1/11/2022), sedikitnya 156 orang, yang kebanyakan anak muda, tewas dalam tragedi pada Sabtu (29/10) malam, dan banyak orang lainnya luka-luka. Tragedi itu terjadi dalam perayaan Halloween pertama yang digelar tanpa pembatasan sosial sejak pandemi virus Corona (COVID-19) merajalela.

Diperkirakan sekitar 100.000 orang memenuhi distrik Itaewon, khususnya di gang-gang sempit, saat perayaan Halloween digelar pada Sabtu lalu. Distrik Itaewon di pusat ibu kota Seoul itu dikenal dengan kehidupan malamnya yang gemerlap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, karena perayaan Halloween itu bukan acara 'resmi' yang diselenggarakan oleh event organizer yang jelas, baik kepolisian maupun otoritas setempat tidak secara aktif mengatur kerumunan orang di sana.

"Ada beberapa laporan kepada polisi yang mengindikasikan keseriusan situasi di lokasi sesaat sebelum insiden terjadi," ucap Yoon dalam pernyataannya.

ADVERTISEMENT

Diakui oleh Yoon bahwa kepolisian mengetahui 'kerumunan besar telah berkumpul bahkan sebelum insiden itu terjadi, yang secara mendesak mengindikasikan adanya bahaya'. Namun, Yoon juga mengakui bahwa cara informasi itu ditangani oleh kepolisian 'tidak memadai'.

Korsel biasanya kuat dalam pengaturan massa, dengan unjuk rasa seringkali dijaga ketat oleh polisi yang jumlahnya bahkan melebihi jumlah demonstran. Namun dalam tragedi Itaewon, tidak ada penyelenggara acara (event organizer) yang jelas, dengan orang-orang memenuhi area untuk menghadiri acara-acara yang digelar oleh bar-bar, kelab malam dan restoran-restoran setempat.

Kepolisian menuturkan sekitar 137 personel dikerahkan ke Itaewon pada malam saat perayaan Halloween digelar. Namun laporan-laporan media lokal menyebut sebanyak 6.500 polisi dikerahkan dalam unjuk rasa yang hanya dihadiri sekitar 25.000 orang.

Presiden Yoon Suk-yeol dalam rapat kabinet pada Selasa (1/11) waktu setempat menyatakan negaranya perlu segera meningkatkan sistem pengaturan kerumunan besar setelah terjadinya tragedi Itaewon. "Keamanan orang-orang adalah penting, ada atau tidak ada penyelenggara acara," tegasnya.

Presiden Yoon menyerukan Korsel untuk mengembangkan 'kemampuan digital mutakhir' untuk meningkatkan pengaturan kerumunan. Namun para pengkritik menyebut alat canggih semacam itu sudah ada dan tidak dikerahkan di Itaewon.

Balai Kota Seoul, sebut laporan media lokal Korsel, memiliki sistem pemantau kerumunan secara real-time yang menggunakan data ponsel untuk memprediksi ukuran kerumunan, namun sistem itu tidak digunakan di Itaewon pada Sabtu (29/10) malam.

Otoritas distrik Itaewon juga dilaporkan tidak mengerahkan patroli keamanan apapun, dengan para pejabat setempat menyebut perayaan Hallowen sebagai 'fenomena' daripada 'festival' yang membutuhkan rencana resmi untuk pengaturan massa.

Pada malam tragedi terjadi, puluhan ribu orang memadati gang sempit, dengan saksi mata menggambarkan bagaimana orang-orang yang kebingungan saling mendorong hingga membuat mereka yang ada di tengah-tengah terjebak. Situasi itu terjadi tanpa adanya keberadaan polisi maupun tindakan pengaturan massa.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads