Latihan militer Rusia itu memberikan tantangan potensial bagi AS dan sekutu-sekutunya, terutama saat Presiden Vladimir Putin semakin memperumit niatnya usai secara terang-terangan melontarkan ancaman menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan Rusia dalam invasi di Ukraina.
Rusia, pada Selasa (25/10) waktu setempat, melontarkan tuduhan di forum Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bahwa Ukraina sedang bersiap menggunakan 'bom kotor' di wilayahnya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom kotor atau bom radioaktif merupakan senjata yang dirancang untuk menggabungkan perangkat peledak konvensional, seperti dinamit, dengan material radioaktif, seperti uranium, atau material biologi maupun kimia lainnya, untuk disebarkan di area yang luas melalui ledakan.
Tuduhan Moskow itu dibantah keras oleh Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya, dengan disebut sebagai informasi keliru dan dalih untuk meningkatkan perang.
Para pejabat negara Barat sebelumnya menyatakan keyakinan dalam kemampuan mereka untuk membedakan antara latihan militer Rusia dengan langkah Putin untuk mewujudkan ancaman nuklirnya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, dalam pernyataan terpisah menekankan pentingnya kepatuhan terhadap kewajiban memberikan pemberitahuan awal yang diatur dalam Perjanjian START Baru.
"Sementara Rusia terlibat dalam agresi tidak beralasan dan retorika nuklir sembrono, langkah-langkah pemberitahuan ini memastikan kita tidak terkejut dan mengurangi risiko salah persepsi," sebut Price.
(nvc/ita)