Taiwan Ingatkan China: Tak Ada Kompromi soal Kebebasan-Demokrasi!

Taiwan Ingatkan China: Tak Ada Kompromi soal Kebebasan-Demokrasi!

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 10 Okt 2022 12:22 WIB
Bendera Taiwan
Ilustrasi (Foto: dok)
Jakarta -

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengingatkan Beijing bahwa pulau itu tidak akan pernah melepaskan cara hidup demokratisnya. Hal itu disampaikannya dalam pidato hari nasional di mana dia menyamakannya dengan invasi Rusia ke Ukraina.

Sebanyak 23 juta orang hidup di Taiwan yang berada di bawah ancaman invasi terus-menerus oleh Partai Komunis China. Perang Rusia di Ukraina telah memperdalam kekhawatiran bahwa Beijing mungkin mencoba sesuatu yang serupa dengan pulau itu.

Dilansir kantor berita AFP, Senin (10/10/2022), dalam pidatonya, Presiden Tsai Ing-wen membandingkan invasi Moskow dengan tujuan Beijing untuk menguasai Taiwan suatu hari nanti -- yang telah dijanjikan akan dilakukan, dengan paksa jika perlu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsai menegaskan, China seharusnya tidak berpikir ada ruang untuk kompromi dalam komitmen rakyat Taiwan terhadap demokrasi dan kebebasan.

"Kami benar-benar tidak dapat mengabaikan tantangan yang ditimbulkan oleh ekspansi militer ini terhadap tatanan dunia yang bebas dan demokratis," katanya.

ADVERTISEMENT

"Penghancuran demokrasi dan kebebasan Taiwan akan menjadi kekalahan besar bagi demokrasi dunia," tambahnya.

Taiwan dan China berpisah pada akhir Perang Saudara China pada tahun 1949.

Presiden China Xi Jinping telah meningkatkan tekanan diplomatik, ekonomi dan militer di Taipei dalam beberapa tahun terakhir, dan merupakan sekutu utama pemimpin Rusia Vladimir Putin.

Simak juga video 'Ide Kontroversial Elon Musk untuk Akhiri Konflik China-Taiwan':

[Gambas:Video 20detik]



Xi, pemimpin paling otoriter China dalam satu generasi, berada di puncak mengamankan masa jabatan ketiga akhir bulan ini dan telah menjadikan Taiwan sebagai kunci dari proyek "peremajaan nasional" yang penting.

Tetapi Tsai mengatakan bahwa menjadi bagian dari China tidak dapat diterima oleh orang-orang di Taiwan, yang telah menjadi demokrasi progresif dengan identitas Taiwan yang berbeda.

"Selama 73 tahun terakhir, orang-orang Taiwan telah hidup dan tumbuh bersama di tanah ini, dan telah membentuk rasa identitas dan rasa memiliki diri kami sendiri yang kuat," katanya.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads