Seorang balita yang menjadi satu-satunya anak yang selamat dalam pembantaian massal di tempat penitipan anak di Thailand, tengah tertidur di bawah selimut di sudut ruangan ketika serangan terjadi. Mantan polisi yang menjadi pelaku pembantaian itu disebut menikam anak-anak yang sedang tidur dalam serangannya.
Seperti dilansir Reuters, Senin (10/10/2022), Paveenut Supolwong, yang memiliki nama panggilan Emmy atau Ammy, disebut oleh orang tuanya sebagai anak yang biasanya mudah terbangun saat tidur. Namun saat jam tidur siang pada Kamis (6/10) pekan lalu, ketika pelaku melancarkan serangan brutal, Emmy tertidur lelap.
Bocah berusia tiga tahun itu tertidur dengan selimut menutupi wajahnya. Selimut itu telah menyelamatkan nyawanya. Emmy menjadi satu-satunya anak yang selamat dari serangan brutal di tempat penitipan anak di Uthai Sawan, Provinsi Nong Bua Lamphu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panya Khamrab, mantan polisi yang menjadi pelaku pembantaian, menewaskan lebih dari 30 orang, termasuk istri dan anaknya sendiri. Sedikitnya 22 anak-anak di tempat penitipan anak yang sama dengan Emmy tewas ditikam oleh pelaku, sekitar 11 anak dibunuh saat sedang tidur.
"Saya terkejut. Saya turut merasakan untuk keluarga lainnya ... Saya senang anak saya selamat. Perasaannya campur aduk antara sedih dan bersyukur," tutur ibunda Emmy, Panompai Sithong.
Dituturkan orang tuanya bahwa Emmy tampaknya tidak mengingat tragedi yang terjadi. Seseorang menemukannya di sudut ruangan, setelah pelaku pergi meninggalkan tempat penitipan anak itu. Emmy dievakuasi dengan selimut tetap menutupi kepalanya sehingga dia tidak melihat mayat anak-anak lainnya.
Simak video 'Kisah Balita yang Selamat dari Pembunuhan Massal di Thailand':
Ibunda Emmy meyakini putrinya dilindungi oleh roh-roh pelindung.
"Anak saya tidak mudah tidur nyenyak. Saya meyakini ada roh yang menutupi mata dan telinganya. Kami memiliki keyakinan yang berbeda, tapi bagi saya, saya pikir itu telah melindungi anak saya," tuturnya.
Seorang kerabat Emmy menuturkan kepada media lokal bahwa selamatnya bocah itu dari pembantaian massal adalah 'keajaiban'.