Seorang penyiar radio Filipina telah ditembak mati di dekat rumahnya di pinggiran Manila, ibu kota Filipina. Pembunuhan ini menambah daftar panjang wartawan yang dibunuh di negara tersebut.
Negara kepulauan tersebut adalah salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, dan sebagian besar pembunuh tidak dihukum.
Dilansir kantor berita AFP, Selasa (4/10/2022), Percival Mabasa sedang mengemudi untuk pergi bekerja di stasiun radio DWBL pada Senin (3/10) malam waktu setempat, ketika dia ditembak mati oleh dua penyerang dengan sepeda motor, kata kepala polisi Las Pinas Kolonel Jaime Santos kepada saluran berita Teleradyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia berdedikasi pada pekerjaannya dan ini mungkin sudut pembunuhannya," kata Santos.
Mabasa, yang dikenal secara lokal sebagai Percy Lapid, adalah seorang kritikus vokal mantan presiden Rodrigo Duterte serta kebijakan-kebijakan dan para pejabat di pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Kelompok advokasi pers mengutuk pembunuhan jurnalis di ibu kota Filipina itu dan mengatakan itu menunjukkan "jurnalisme tetap menjadi profesi berbahaya di negara ini".
Kelompok tersebut mengatakan, Mabasa adalah jurnalis kedua yang terbunuh sejak Marcos Jr menjadi presiden pada 30 Juni.
Plt kepala polisi Metro Manila, Brigadir Jenderal Jonnel Estomo mengatakan bahwa kelompok tugas khusus telah dibentuk untuk menyelidiki kematian Mabasa.
Sebelumnya dalam laporan pada Oktober 2021, Committee to Protect Journalists yang berbasis di New York, Amerika Serikat menempatkan Filipina di peringkat ketujuh dalam indeks impunitas global, dengan 13 pembunuhan masih belum terpecahkan.
Simak juga '5 Orang Tewas di Filipina Akibat Siklon Tropis Noru':