Pemerintah Armenia meminta bantuan para pemimpin dunia seiring pasukan Azerbaijan berusaha untuk maju ke wilayahnya, di tengah bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan bersama musuh bebuyutan itu.
Dilansir kantor berita AFP, Selasa (12/9/2022), pertempuran meletus semalam di sepanjang perbatasan yang bergejolak antara kedua tetangga Kaukasus tersebut. Kementerian Pertahanan masing-masing negara menyatakan bahwa korban jiwa terjadi di kedua belah pihak, namun tak ada keterangan rinci mengenai jumlahnya.
Eskalasi tersebut menandai gejolak terbaru sejak berakhirnya perang tahun 2020 antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh yang diperebutkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasukan Azerbaijan terus menggunakan artileri, mortir, dan pesawat tak berawak... menyerang infrastruktur militer dan sipil. Musuh berusaha maju (ke wilayah Armenia)," kata Kementerian Pertahanan Armenia di Yerevan pada Selasa pagi waktu setempat.
Baca juga: Ngeri! Gudang Kembang Api di Armenia Meledak |
Kantor Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan dia telah menelepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken untuk menuntut "reaksi yang memadai" terhadap "tindakan agresif Azerbaijan."
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukannya merespons provokasi Armenia dan membantah klaim bahwa mereka menyerang infrastruktur sipil.
"Angkatan bersenjata Azerbaijan melakukan langkah-langkah terbatas dan terarah, menetralisir posisi menembak Armenia," katanya dalam sebuah pernyataan.
Armenia mengatakan bahwa pasukan Azerbaijan "meluncurkan gempuran intensif, dengan artileri dan senjata api kaliber besar, terhadap posisi militer Armenia ke arah kota Goris, Sotk, dan Jermuk" tak lama setelah tengah malam.
Namun, Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuduh Armenia melakukan "tindakan subversif skala besar" di dekat distrik Dashkesan, Kelbajar dan Lachin di perbatasan.
Lihat juga video 'Kedutaan Rusia di Armenia Digeruduk Pengunjuk Rasa':
Pekan lalu, Armenia menuduh Azerbaijan membunuh salah satu tentaranya dalam baku tembak di perbatasan.
Dua negara bertetangga itu telah berperang dua kali - pada 1990-an dan 2020 - atas wilayah Nagorno-Karabakh, daerah kantong Azerbaijan yang berpenduduk Armenia.
Pertempuran enam minggu pada musim gugur 2020 lalu merenggut lebih dari 6.500 nyawa, dan berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Di bawah kesepakatan itu, Armenia menyerahkan sebagian besar wilayah yang telah dikuasainya selama beberapa dekade, dan Moskow mengerahkan sekitar 2.000 penjaga perdamaian Rusia untuk mengawasi gencatan senjata itu.