Mikhail Gorbachev mengubah arah sejarah modern dengan memicu runtuhnya Uni Soviet dan mengizinkan Eropa Timur membebaskan diri dari kekuasaan Soviet. Hal itu membuat Gorbachev dihujani pujian Barat, namun dicemooh banyak warga Rusia.
Seperti dilansir AFP, Rabu (31/8/2022), dengan memperjuangkan reformasi untuk mencapai 'glasnost' atau keterbukaan dan 'perestroika' atau restrukturisasi, Gorbachev secara tidak sengaja melepaskan kekuatan yang memicu keruntuhan Soviet dan penggulingan dirinya.
Disegani di Barat karena memperjuangkan kebebasan dan perubahan saat banyak orang khawatir Perang Dingin tidak akan berakhir, Gorbachev menjadi sosok yang dibenci banyak warga Rusia yang menganggapnya bertanggung jawab atas kehancuran Soviet yang dulu perkasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kebanyakan kasus, ketika Gorbachev berkuasa, dia lebih memilih perdamaian daripada konfrontasi, mempercepat pencairan hubungan dengan Barat melalui hubungan dekatnya dengan para pemimpin Barat seperti Kanselir Jerman Helmut Kohl dan Presiden Amerika Serikat (AS) Ronald Reagan.
Lahir pada 2 Maret 1931 dalam keluarga petani di wilayah Stavropol, Rusia, Gorbachev tumbuh besar dengan kesulitan era Perang Dunia II dan pemerintahan represif diktator Joseph Stalin, yang rezimnya menghukum kakek Gorbachev sembilan tahun di kamp kerja paksa.
Sebagai seorang bocah laki-laki, Gorbachev cerdas dan pekerja keras. Pada usia 16 tahun, dia mendapatkan penghargaan Red Banner of Labour karena membantu dalam panen yang mencetak rekor, dan pada tahun 1950, dia mendapatkan impiannya untuk kuliah jurusan hukum di Universitas Negeri Moskow.
Lima tahun kemudian, Gorbachev yang sudah lulus kuliah dan ambisius memutuskan pindah kembali ke Stavropol bersama istrinya, Raisa. Dia kemudian mampu naik pesat dalam jajaran Partai Komunis dan menjadi anggota termuda Politburo pada usia 49 tahun pada tahun 1979.
Gorbachev mengambil alih negara terbesar di dunia dan negara adidaya kedua tahun 1985 ketika terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis. Pada usia 54 tahun, Gorbachev yang selalu penuh dengan gagasan-gagasan baru bertentangan dengan ideologi tua yang sebelumnya menguasai Kremlin.
Kebijakan luar negeri yang diambil Gorbachev mengejutkan tatanan dunia. Dia meredakan kebuntuan nuklir antara Soviet dan AS dengan serangkaian perjanjian perlucutan senjata, menarik tentara Soviet dari Afghanistan, dan melonggarkan kendali atas kepemimpinan negara-negara satelit Eropa Timur.
Di dalam Rusia, kebijakan perestroika dan glasnost Gorbachev memicu perubahan. Namun dorongannya soal kebebasan di dalam negaranya sendiri justru mempercepat disintegrasi kekaisaran Soviet yang multi-etnis.
Tahun 1989, negara-negara Eropa Timur melengserkan pemerintahan komunis dan Tembok Berlin diruntuhkan. Tahun 1990, Gorbachev terpilih menjadi Presiden yang pertama dan terakhir untuk Soviet, namun dalam hitungan bulan harus menghadapi pemberontakan oleh kalangan komunis garis keras.
Kudeta terhadapnya pada Agustus 1991 gagal, namun Boris Yeltsin yang menantangnya menjadi pahlawan nasional, sedangkan Gorbachev menjadi tahanan rumah di sebuah resort di Crimea. Segera setelah itu, Soviet runtuh dan hilang juga posisi Gorbachev.
Dalam tulisan kolom yang diterbitkan surat kabar Rossiiskaya Gazeta pada Desember 2016, menjelang 25 tahun peringatan dia mengundurkan diri, Gorbachev mengakui tanggung jawabnya dalam keruntuhan Soviet.
"Tapi hari nurani saya bersih. Saya membela Uni (Soviet) sampai akhir, bertindak melalui cara-cara politik," tegas Gorbachev yang juga peraih Nobel Perdamaian tahun 1990 itu.
Gorbachev meninggal dunia dalam usia 91 tahun pada Selasa (30/8) waktu setempat, setelah mengalami sakit parah dan berkepanjangan.