Sekutu top Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Moskow tidak akan menghentikan operasi militernya di Ukraina, meskipun Kiev secara resmi meninggalkan ambisinya untuk bergabung aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/8/2022), penegasan itu disampaikan oleh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia. Medvedev merupakan sekutu dekat Putin.
Ditegaskan juga oleh Medvedev dalam wawancara dengan televisi Prancis, LCI, pada Jumat (26/8) bahwa Rusia siap menggelar pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, namun dengan syarat-syarat tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan sebelum invasi pada Februari lalu, Rusia memperjelas bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak bisa diterima.
"Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang adalah penting, tapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," tegas Medvedev kepada televisi LCI seperti dikutip kantor-kantor berita Rusia.
Dijelaskan Medvedev bahwa Rusia akan melanjutkan operasi militer sampai tujuannya tercapai. Putin sebelumnya mengatakan ingin 'mendenazifikasi' Ukraina, namun Kiev dan Barat menyebutnya sebagai dalih tidak berdasar untuk perang penaklukan.
Lihat Video: 6 Bulan Rusia Invasi Ukraina, PBB: Tak Ada Tanda Akan Mereda
Rusia dan Ukraina menggelar beberapa putaran pembicaraan setelah invasi dimulai pada akhir Februari lalu, namun tidak ada kemajuan yang dicapai dan hanya ada sedikit prospek untuk pembicaraan dilanjutkan kembali.
"Ini (pembicaraan) akan bergantung pada bagaimana peristiwa-peristiwa terjadi. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelensky)," ucap Medvedev.
Dalam komentarnya, Medvedev juga mengatakan bahwa persenjataan AS yang sudah dipasok ke Ukraina -- seperti peluncur roket HIMARS -- belum memicu ancaman substansial. Namun, lanjut Medvedev, situasinya bisa berubah jika persenjataan yang dikirim AS bisa mengenai target-target pada jarak yang lebih jauh.
"Artinya ketika rudal semacam ini mengudara sejauh 70 kilometer, itu satu hal. Tapi ketika jangkauannya 300 kilometer hingga 400 kilometer, itu hal lain, sekarang itu akan menjadi ancaman langsung terhadap wilayah Federasi Rusia," ujarnya.
Sebelumnya, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Michelle Bachelet mendesak Putin untuk menghentikan serangan terhadap Ukraina, yang disebutnya memiliki dampak yang 'mengerikan tidak terbayangkan' pada warga sipil.