Sekutu Putin: Rusia Tak Bisa Setop Perang, Meski Ukraina Lepas Ambisi NATO

Sekutu Putin: Rusia Tak Bisa Setop Perang, Meski Ukraina Lepas Ambisi NATO

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 27 Agu 2022 08:11 WIB
Dmitry Medvedev, Deputy Chairman of Russias Security Council, delivers a speech during a ceremony marking Shipbuilders Day in Saint Petersburg, Russia June 29, 2022. Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS
Dmitry Medvedev (Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS)
Moskow -

Sekutu top Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Moskow tidak akan menghentikan operasi militernya di Ukraina, meskipun Kiev secara resmi meninggalkan ambisinya untuk bergabung aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/8/2022), penegasan itu disampaikan oleh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia. Medvedev merupakan sekutu dekat Putin.

Ditegaskan juga oleh Medvedev dalam wawancara dengan televisi Prancis, LCI, pada Jumat (26/8) bahwa Rusia siap menggelar pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, namun dengan syarat-syarat tertentu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan sebelum invasi pada Februari lalu, Rusia memperjelas bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak bisa diterima.

"Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang adalah penting, tapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," tegas Medvedev kepada televisi LCI seperti dikutip kantor-kantor berita Rusia.

ADVERTISEMENT

Dijelaskan Medvedev bahwa Rusia akan melanjutkan operasi militer sampai tujuannya tercapai. Putin sebelumnya mengatakan ingin 'mendenazifikasi' Ukraina, namun Kiev dan Barat menyebutnya sebagai dalih tidak berdasar untuk perang penaklukan.

Lihat Video: 6 Bulan Rusia Invasi Ukraina, PBB: Tak Ada Tanda Akan Mereda

[Gambas:Video 20detik]

Rusia dan Ukraina menggelar beberapa putaran pembicaraan setelah invasi dimulai pada akhir Februari lalu, namun tidak ada kemajuan yang dicapai dan hanya ada sedikit prospek untuk pembicaraan dilanjutkan kembali.

"Ini (pembicaraan) akan bergantung pada bagaimana peristiwa-peristiwa terjadi. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelensky)," ucap Medvedev.

Dalam komentarnya, Medvedev juga mengatakan bahwa persenjataan AS yang sudah dipasok ke Ukraina -- seperti peluncur roket HIMARS -- belum memicu ancaman substansial. Namun, lanjut Medvedev, situasinya bisa berubah jika persenjataan yang dikirim AS bisa mengenai target-target pada jarak yang lebih jauh.

"Artinya ketika rudal semacam ini mengudara sejauh 70 kilometer, itu satu hal. Tapi ketika jangkauannya 300 kilometer hingga 400 kilometer, itu hal lain, sekarang itu akan menjadi ancaman langsung terhadap wilayah Federasi Rusia," ujarnya.

Sebelumnya, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Michelle Bachelet mendesak Putin untuk menghentikan serangan terhadap Ukraina, yang disebutnya memiliki dampak yang 'mengerikan tidak terbayangkan' pada warga sipil.

Halaman 2 dari 2
(nvc/maa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads