Sebuah reaktor nuklir di wilayah China bagian selatan telah terhubung kembali dengan jaringan listrik usai dimatikan selama setahun lebih. Reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Taishan itu dimatikan setelah otoritas China melaporkan adanya kerusakan.
Seperti dilansir AFP, Kamis (18/8/2022), salah satu reaktor pada PLTN Taishan yang ada di Provinsi Guangdong itu dimatikan sejak Juli tahun lalu usai dilaporkan terjadi kerusakan kecil pada batang bahan bakar dan penumpukan gas radioaktif di PLTN itu.
Operator menyambungkan kembali reaktor yang sempat mengalami kerusakan itu setelah perbaikan dilakukan, dan usai dilakukannya 'inspeksi dan pemeliharaan' selama berbulan-bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil pemantauan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Taishan dan lingkungan sekitarnya terpantau normal," demikian pernyataan Kelompok Pembangkit Nuklir Umum China (CGN) selaku operator PLTN Taishan dalam pengajuan bursa pada Selasa (16/8) malam.
PLTN Taishan dioperasikan dalam kemitraan dengan perusahaan energi Prancis, EDF, dan diketahui menggunakan desain Reaktor Bertekanan Eropa (EPR) -- desain air bertekanan, yang dikembangkan untuk meluncurkan kembali pembangkit nuklir di Eropa usai bencana nuklir Chernobyl tahun 1986 silam.
Desain itu disebut-sebut menawarkan tenaga lebih besar dan keamanan lebih baik, namun proyek-proyek EPR di Finlandia, Prancis dan Inggris diwarnai penundaan dan pembengkakan biaya.
Dalam pernyataan sebelum mematikan salah satu reaktor nuklir di PLTN Taishan setahun lalu, Kementerian Lingkungan dan regulator nuklir China menyebut ada lebih dari 60.000 batang bahan bakar di reaktor itu dan proporsi batang yang rusak 'kurang dari 0,01 persen'.
Saat itu, otoritas China menyebut kerusakan yang terjadi 'tak terhindarkan' karena berbagai faktor termasuk manufaktur bahan bakar dan transportasi.
Simak juga 'Ilmuwan China Sukses Hasilkan Medan Magnet Stabil Tertinggi':