Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Namun, Gedung Putih menyatakan Biden hanya akan hadir sebagai bagian dari delegasi yang lebih besar ketika presiden AS tersebut mengunjungi negara kaya minyak itu pekan depan.
"Presiden akan duduk dalam pertemuan bilateral dengan Raja Salman dan tim kepemimpinannya. Seperti yang Anda ketahui, putra mahkota ada di tim kepemimpinan itu," ujar John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, kepada wartawan seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (8/7/2022).
"Jadi tentu saja presiden akan menemui putra mahkota dalam konteks diskusi bilateral yang lebih besar itu," imbuh Kirby.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Biden diperkirakan akan mendesak untuk meningkatkan produksi minyak Saudi dengan harapan menjinakkan harga bahan bakar yang melonjak dan inflasi di dalam negeri, kunjungannya menandakan perubahan: pengabaian yang nyata dari upaya untuk mengucilkan Mohammed bin Salman atas pembunuhan mengerikan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.
Sebelumnya, saat menjadi kandidat presiden, Biden mengatakan pembunuhan dan mutilasi Khashoggi pada 2018 telah menjadikan Arab Saudi sebagai negara "paria." Diketahui bahwa Khashoggi dikenal karena menulis artikel-artikel bernada kritik terhadap penguasa kerajaan Saudi untuk media terkemuka AS, The Washington Post.
Temuan intelijen AS yang dirilis oleh pemerintahan Biden mengidentifikasi Mohammed bin Salman, yang sering disebut sebagai MBS, sebagai dalang operasi tersebut.
Bulan lalu Biden sendiri berusaha menjauhkan diri dari pertemuan di Saudi tersebut, dengan menekankan kepada wartawan bahwa dia akan bertemu dengan Raja Salman dan timnya.
"Saya tidak akan bertemu dengan MBS," kata Biden kepada wartawan saat itu.
Sebelum menghadiri pertemuan regional di Arab Saudi tersebut, Biden akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat selama perjalanannya 13-16 Juli.
Lihat juga video 'Ungkapan Bahagia Jamaah Haji Mancanegara Bisa Kunjungi Makkah':
Gedung Putih menekankan Biden akan membahas "kolaborasi yang lebih besar" di kawasan Timur Tengah pada isu-isu seperti pertahanan udara, terutama yang berkaitan dengan melawan Iran.
"Kami terus bekerja pada kemampuan dan kerangka kerja pertahanan udara terintegrasi di seluruh kawasan," kata Kirby.
"Karena Anda tahu seluruh kawasan prihatin dengan Iran dan kemampuan rudal balistik mereka yang berkembang dan meningkat, belum lagi dukungan berkelanjutan mereka untuk terorisme di seluruh kawasan," cetus Kirby.
Dia mengatakan delegasi AS akan membahas apa yang dapat dilakukan untuk membantu sekutu-sekutu.
"Dan kemudian mengeksplorasi gagasan untuk dapat mengintegrasikan semua pertahanan udara itu bersama-sama, sehingga benar-benar ada cakupan yang lebih efektif untuk menghadapi ancaman Iran yang berkembang," tambahnya.