Pasukan Rusia kini menduduki sekitar 22 persen lahan pertanian Ukraina sejak memulai invasi militer pada 24 Februari lalu, yang berdampak pada salah satu pemasok utama pasar gandum dan minyak nabati global tersebut.
Hal itu disampaikan badan antariksa Amerika Serikat, NASA.
Dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (8/7/2022), data satelit yang dianalisis oleh para ilmuwan NASA menunjukkan bahwa pendudukan Rusia di Ukraina timur dan selatan memberinya kendali atas lahan yang menghasilkan 28 persen tanaman musim dingin negara itu, terutama gandum, kanola, barley, dan gandum hitam, dan 18 persen tanaman musim panas., kebanyakan jagung dan bunga matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan NASA mengatakan, gangguan panen dan penanaman akibat perang -- termasuk petani yang melarikan diri dari perang, kurangnya tenaga kerja, dan ladang yang rusak akibat serangan-serangan -- dapat berdampak besar pada pasokan makanan global.
"Keranjang roti dunia sedang berperang," kata Inbal Becker-Reshef, direktur program Harvest NASA, yang menggunakan data satelit Amerika Serikat dan Eropa untuk mempelajari produksi pangan global.
Menurut data AS, sebelum perang, Ukraina memasok 46 persen minyak bunga matahari yang diperdagangkan di pasar global, sembilan persen gandum, 17 persen jelai, dan 12 persen jagung.
Invasi Rusia telah memblokir ekspor makanan dari Odessa, pelabuhan utama di Laut Hitam, dan menghancurkan infrastruktur penyimpanan dan transportasi di beberapa daerah.
Simak Video 'Warga Berlumuran Darah Akibat Serangan Rudal di Kramatorsk Ukraina':
Itu berarti petani di seluruh negeri, tetapi terutama di daerah-daerah yang diduduki Rusia, memiliki lebih sedikit pilihan untuk memasukkan hasil panen mereka ke gudang dan ke pasar.
Dan itu juga mengancam penanaman tanaman musim dingin di musim gugur.
"Kita berada di tahap awal krisis pangan yang bergulir, yang kemungkinan akan mempengaruhi setiap negara dan orang-orang di Bumi dalam beberapa cara," kata Becker-Reshef.