Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menyampaikan ucapan selamat kepada PM baru Australia Anthony Albanese. Ucapan selamat ini mengakhiri pembekuan kontak diplomatik antara kedua negara yang berlangsung selama setahun terakhir.
Seperti dilansir AFP, Selasa (24/5/2022), China memutuskan saluran diplomatik dan perdagangan dengan Australia dalam aksi kemarahan simbolis sejak Mei tahun lalu, menyusul pertikaian kedua negara dalam sejumlah isu termasuk hak asasi manusia (HAM), spionase dan asal-usul virus Corona (COVID-19).
"Pihak China siap untuk bekerja dengan pihak Australia dalam mengkaji masa lalu, melihat ke masa depan... untuk mempromosikan pertumbuhan yang baik dan stabil dari kemitraan strategis komprehensif," cetus Li dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita China, Xinhua News Agency, Senin (23/5) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketegangan antara kedua negara semakin memuncak dalam dua tahun terakhir, setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul Corona dan melarang raksasa telekomunikasi Huawei membangun jaringan 5G di Australia.
China -- yang merupakan mitra dagang terbesar Australia -- merespons dengan menerapkan tarif atau mengganggu lebih dari selusin industri penting, termasuk wine, barley dan batu bara.
Ucapan selamat dan pesan dari Li itu disampaikan saat Albanese menghadiri acara luar negeri pertamanya di Tokyo, di mana dia bertemu pemimpin Jepang, India dan Amerika Serikat (AS) yang membentuk kelompok yang disebut Quad yang dipandang berupaya menangkal pengaruh China di Indo-Pasifik.
Dalam pidato pertamanya soal kebijakan luar negeri pada Senin (23/5) waktu setempat, Albanese menyebut hubungan dengan China akan 'tetap menjadi hubungan yang sulit'. "China yang berubah, bukan Australia, dan Australia harus selalu membela nilai-nilai kita," tegasnya.
Belum ada tanggapan resmi dari Albanese terkait ucapan selamat dan pesan terbaru China itu. Namun wakil ketua Partai Buruh, Richard Marles, yang bertindak sebagai Pelaksana Tugas (Plt) PM Australia selama Albanese di Tokyo, menyebut hal itu akan menjadi 'jalur ke depan yang menantang' antara China dan Australia.
"Dari sudut pandang Australia, kami memahami kompleksitas hubungan ini. Ini adalah mitra dagang terbesar kita tapi China berusaha membentuk dunia di sekitarnya dengan cara yang belum pernah kami lihat sebelumnya," ujarnya.
"Kami tentu akan menavigasi jalur itu dari sudut pandang yang memastikan kepentingan nasional Australia yang sangat jelas," imbuh Marles.