Jumlah kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat kini telah menembus angka satu juta.
"Hari ini, kita menandai tonggak yang tragis," kata Presiden Joe Biden dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (13/5/2022). Biden pun mendesak warga Amerika untuk tetap waspada seiring kasus COVID-19 kembali meningkat.
"Satu juta kursi kosong di sekitar meja makan," kata Biden. "Setiap kehilangan yang tak tergantikan. Masing-masing meninggalkan keluarga, komunitas, dan bangsa untuk selamanya," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman Biden ini disampaikan ketika ia memimpin KTT COVID-19 virtual global, yang berlangsung saat Eropa juga melewati dua juta kematian akibat infeksi virus Corona. KTT itu fokus pada upaya untuk mengendalikan pandemi di seluruh dunia dan mempersiapkan keadaan darurat kesehatan di masa depan.
Amerika Serikat mencatat kematian COVID-19 pertamanya pada awal Februari 2020. Pada bulan berikutnya, virus itu melanda New York dan Gedung Putih memperkirakan hingga 240.000 kematian secara nasional.
Tapi proyeksi itu jauh sekali.
"Ini tidak terduga," kata Diana Berrent, salah satu orang pertama di negara bagian New York yang terjangkit COVID-19, mengenai jumlah korban jiwa yang jauh melebihi prediksi terburuk para ahli epidemiologi.
Kembali pada musim semi 2020, rumah sakit dan kamar mayat Kota New York kewalahan, dan suara sirene ambulans berdering di jalan-jalan kosong ketika presiden saat itu Donald Trump merespons dengan kacau di Washington.
Dua tahun kemudian, kehidupan di New York yang menjadi episentrum COVID-19 Amerika, kembali normal seiring penduduk berusaha untuk melupakan trauma kolektif dari virus yang telah menewaskan 40.000 warga New York.
Lampu panggung Broadway kembali hidup, taksi-taksi kuning memadati jalan-jalan utama dan bar-bar di kawasan bisnis dipenuhi warga yang pulang kerja.
"Tanpa diragukan lagi Anda merasakan energi orang-orang yang berada di jalanan. Sudah lama sekali," kata Alfred Cerullo, presiden kelompok peningkatan bisnis di Midtown Manhattan, kepada AFP.
Simak juga video 'WHO Masih Belum Temukan Penyebab Infeksi Hepatitis Akut di Eropa-AS':