Seorang komandan marinir Ukraina yang bertempur melawan pasukan Rusia di kota Mariupol menyebut pasukannya mungkin 'menghadapi hari-hari terakhir'. Sang komandan mengakui pasukannya kalah jumlah dan meminta adanya evakuasi dari kota pelabuhan yang dikepung Rusia itu.
"Musuh melebihi jumlah kami, 10 lawan satu," tutur komandan Brigade Marinir Terpisah ke-35, Serhiy Volyna, yang berlindung di dalam pabrik Azovstal di Mariupol, seperti dilansir AFP, Rabu (20/4/2022).
Pabrik Azovstal yang menjadi tempat berlindung pasukan Ukraina itu merupakan pabrik yang besar dengan sejumlah terowongan bawah tanah. Posisi pabrik itu kini dikepung oleh pasukan Rusia yang berusaha keras menguasai Mariupol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meminta dan memohon kepada semua pemimpin dunia untuk membantu kami. Kami meminta mereka untuk menggunakan prosedur ekstraksi dan membawa kami ke wilayah negara ketiga," ucap Volyna dalam pesan video via Facebook.
Tidak mungkin untuk memverifikasi informasi yang diberikan oleh kedua belah pihak merujuk pada skala pertempuran yang luas dan kurangnya komunikasi di Mariupol.
Pasukan Rusia diyakini secara bertahap mendorong masuk ke dalam kota Mariupol. Beberapa pejabat Ukraina melaporkan sebuah rumah sakit dekat pabrik Azovstal terkena serangan Rusia.
Lebih lanjut, Volyna menyebut pasukan Rusia memiliki 'keuntungan di udara, dalam artileri, dalam pasukan mereka di darat, dalam peralatan dan pada tank'.
"Kami hanya mempertahankan satu objek -- pabrik Azovstal -- di mana selain personel militer, ada juga warga sipil yang menjadi korban perang ini," sebutnya.
Pada Selasa (19/4) waktu setempat, Rusia menyerukan agar pasukan Ukraina di Mariupol 'segera' meletakkan senjata mereka dalam ultimatum terbaru. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut pasukan Ukraina yang masih bersembunyi di dalam pabrik Azovstal tengah menghadapi 'situasi bencana'.