Amerika Serikat (AS) kembali memperingatkan China soal sikapnya terhadap Rusia usai invasi ke Ukraina dilakukan. Menteri Keuangan (Menkeu) AS Janet Yellen memperingatkan kurangnya partisipasi dalam penjatuhan sanksi pada Rusia bisa mempengaruhi kesediaan negara-negara lainnya untuk bekerja dengan Beijing.
Seperti dilansir AFP, Kamis (14/4/2022), AS dan sekutu-sekutunya di Eropa dan di wilayah lainnya telah merespons invasi Rusia ke Ukraina dengan kemarahan. Mereka menjatuhkan sanksi terhadap sistem keuangan, sektor penerbangan dan bagian utama lainnya dari perekonomian Rusia.
Penjatuhan sanksi secara ramai-ramai itu bertujuan memaksa Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mundur dari operasinya di Ukraina, namun sejauh ini belum membuahkan hasil. Pekan ini, Putin malah menegaskan tekad melanjutkan operasi di Ukraina sampai tujuan 'mulia' negaranya tercapai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China yang merupakan sekutu Rusia, enggan bergabung dengan negara-negara lainnya untuk menjatuhkan sanksi. Otoritas China bahkan enggan mengecam invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.
"China baru-baru ini menegaskan hubungan khusus dengan Rusia. Saya sangat berharap agar China akan melakukan sesuatu yang positif dari hubungan ini dan membantu untuk mengakhiri perang ini," sebut Yellen saat berbicara dalam forum diskusi Atlantic Council.
"Sikap dunia terhadap China dan kesediaannya untuk merangkul integrasi ekonomi lebih lanjut mungkin dipengaruhi oleh reaksi China terhadap seruan kita untuk tindakan tegas pada Rusia," imbuhnya.
Simak Video 'AS Kirim Tambahan Bantuan Rp 11,4 Triliun untuk Ukraina':
China dan India menjadi dua negara dengan perekonomian besar yang belum ikut ambil bagian dalam langkah balasan terhadap Moskow. Yellen menyebut kebijakan China bisa memiliki implikasi jangka panjang bagi sebuah negara yang terlibat sengketa wilayah dengan negara-negara tetangganya.
"China tidak bisa mengharapkan komunitas global untuk menghormati seruannya soal prinsip-prinsip kedaulatan dan integritas wilayah di masa mendatang jika tidak menghormati prinsip-prinsip ini ketika diperlukan," ujar Yellen merujuk pada klaim kedaulatan China atas Taiwan.
Yellen juga berbicara kepada negara-negara yang disebutnya menghindari untuk mengambil keputusan atau pilihan ketika menyangkut Rusia. "Mungkin melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan dengan mempertahankan hubungan dengan Rusia dan mengisi kekosongan yang ditinggalkan pihak lain," ucapnya.
Dia memperingatkan bahwa kebijakan semacam itu 'berpandangan sempit'.
"Masa depan tatanan internasional, baik untuk keamanan yang damai dan kemakmuran ekonomi, kini dipertaruhkan," sebut Yellen. "Koalisi terpadu negara-negara yang menjatuhkan sanksi tidak akan mengabaikan tindakan-tindakan yang merusak sanksi yang telah kami jatuhkan," pungkasnya.